SALON
Ariya wibowo, hp: 08569033380
Dian melisa (make up artist), hp: 0818840864
Hana septa, telp: (021) 93248126, hp: 08158840958
Nailpia prapanca (professional nail salon) Jl. Prapanca Raya No.35 lt 2 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, telp: (021) 7236109
Nining safira, hp: 081381333234
BUTIK
2NDAYS, Jl. Lamandau IV/18 Gria Astika Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, telp: (021) 92233159. Jl. Ciumbuleit 129A, Bandung, telp: (022) 70213621. Email: days.co@bdg.centrin.net.id
Athaya Shoes, Jl. Lamandau IV/18 Gria Astika Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, telp: (021) 83481323
Billy Tjong, hp: 087861368183, www.billytjong.com
Billy Tjong & Co, Jl. Sukarjo Wiryopranoto No.68-68A, Wedana, Sawah Besar, Jakarta Pusat, telp: (021) 6255781, 6255817, 6255877
Carla boutique, Jl. Ir. H. Juanda 121 Bandung, customer care, telp: (022)91572487, sms only: 081321344444
Coco Banana, ITC Kuningan Lt.2 Blok C8 No.6, Jl. Prof Cr, Satrio, Jakarta Selatan, telp: (021) 57935003
Crocs, Tersedia di Senayan City, eX Plaza, Pacific Place, Mal kelapa Gading, Kemang, Grand Indonesia, Jakarta, Kuta-Bali, Ambarukmo Plaza-Yogyakarta.
Fabulousity & Yali, Gria Astika Jl. Lamandau IV/18 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, telp: (021) 98812585/99518218. Email: fabolousity_77@yahoo.com / yaripermatasari@yahoo.com . facebook: fabolousity dbotique Lamandau.
GAUDI, Mal Kelapa Gading 3 Lt.2 Jl. Bulevar Kelapa Gading Blok M Kelapa Gading Permai, Jakarta Utara, telp: (021) 45855018. Mal Taman Anggrek Lt.2 Unit 269-270 Jl. Letjend S. Parman Kav.21 Grogol Petamburan, Jakarta Barat, telp: (021) 5609911. Grand Indonesia Lt. 1 Blok West Mail Unit 1-18 Jl. MH Tamrin No.1 Menteng, Jakarta Pusat, telp: (021) 23580618
Kitty Land, Mal Taman Anggrek Lt.3 Jakarta
Kivee, ITC Kuningan Lt.2 Blok C5 No.3A, Jakarta Selatan, telp: (021) 91304449
M Boitique, STC Jl. Asia Afrika Pintu IX Lt.1 No.55-58, Jakarta Pusat, telp: (021) 57931868
Milcah, juga tersedia di D’designers-pasaraya Grande, Blok-m Jakarta, telp: (021) 99663053, www.milcah-a-porter.blogspot.com
Miss Candy, Gria Astika Jl. Lamandau IV/18 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, telp: (021) 99499719
Miss Quirky, hp: 08888611620, http://miss.quirky.multiply.com , Friendster: miss.quirky@yahoo.com
Mr. freddy, ITC Mangga dua Lt.4, Jakarta Utara Blok ab No.12-12c, hp: 081808992797
Nyla, Mal Taman Anggrek Lt.1 Unit 127 Jakarta, Mal Kelapa Gading 3 Lt.2 No.42 Jakarta
Ouval Research Exhibition Room, Jl. Buah Batu 64 Bandung telp: (022) 7306697 fax: (022) 7311092, Jl. Sultan Agung 13 Bandung telp: (022) 4265216, Jl. Boulevard, ruby 1-2 Panakkukang Mas makasar telp: (0411) 420912
Ouval research Ambience Room, Jl. Tebet Utara Dalam 26 Jakarta telp: (021) 8312677 fax: (021)8312653, Jl. Belakang Olo No.34 Padang telp: (0751) 810704, Jl. Cendrawasih Komp. Colombo No.4 Yokyakarta telp: (0274) 72790738
Philips, tersedia di Departemen store: Metro, Sogo, Debenhams, Seibu, Hypemart
Planet Surf, Mal Taman Anggrek Lt.2 No.D17 B&D 18 Jl. Let Jend S Parman Kav 21 Jakarta Barat telp: (021) 56999258/59, Senayan City Lt.3 No.79 Jl. Asia Afrika Lot, Jakarta Selatan telp: (021) 72781729, La Plazza Unit G-15 (Level G) Jl. Boulevard Kelapa Gading Blok M Kelapa Gading Permai, Jakarta 14240 telp: (021) 45864961, Ambarukmo Plaza
QZA Boutique, Gria Astika, kebayoran Baru Jakarta Selatan telp: (021) 91267794 hp: 081807733410 / 08889791766 facebook: qza_qza@yahoo.com
Retail Therapy, Jl. Gandaria Tengah III/ No.1 kebayoran baru, Jakarta Selatan telp: (021) 72790738
SVS Accessories, fashion hub. Mal Kelapa Gading 3, Lt.2, Jakarta Utara.
Thyo Pernik, Jl. RC Veteran No.& Bintaro Jakarta Selatan, Jl.Tebet Utara Dalam No.10 Tebet Jakarta Selatan, Jl. Riau No.18 (18thpark) Bandung customer service; telp: (021) 92141226 hp: 0817890610 email: thypeer@yahoo.com
Up II Date. Mal Taman Anggrek Ground Floor # 105-106 Jakarta Barat telp: (021) 5609771
Urban Jungle, ITC Kuningan Lt.1 C No.9 Jakarta Selatan telp: (021) 57934576
WESC, tersedia di Electronic Mangga Dua & Sinach Records
Yellow Line, Mal Taman Anggrek Lt.2 No.273 Jakarta telp: (021) 5609927, Mal Pondok Indah 1 Jakarta Selatan Lt dasar No.13-14 telp: (021) 7506766, Mal Kelapa Gading 2nd Floor No.14-15 Jakarta Utara telp; (021) 45853751
LOKASI
Fiorucci, Plaza Indonesia 2nd Floor Unit 52-53 Jl. MH. Thamrin kav 28-30 Jakarta Pusat telp: (021) 3107579, Mall Taman anggrek UG Floor Unit B 35 Jl. Let Jend S Parman kav 21 Slipi Jakarta Barat telp: (021) 5639362, Grand Indonesia Seibu dept. Store, Area Ladies Wear Lt.1 Jl. MH Thamrin Jakarta Pusat, Plaza Emporium Pluit Sogo Dept. Store Area Butik Dept. Lt UG Jakarta Barat
Rabu, 22 Juni 2011
Minggu, 19 Juni 2011
Tanggal 17 Desember
“ aduh, mampus! Telat lagi nih gue! Pak, bentar pak!” Sha berlari menuju gerbang sekolahnya dan segera ke ruang kelasnya di lantai tiga dan ia harus menaiki anak tangga yang cukup..yah banyak juga!
Sha menaiki anak tangga satu persatu dengan berlari seperti di kejar anjing gila.
Tangga ke lima belas….
Tangga ke enam belas….
Dan tangga ke tujuh belas…. GUBRAK!!!!
“ auwwww!!”Sha terjatuh di tangga ke tujuh belas, segera dia berdiri dan berlari lagi. Tetapi ketika akan berdiri lagi, Sha melihat sepatu berhak tinggi warna merah, rok selutut warna merah dan blasser warna merah ketika sampai ke wajahnya, warnanya pun merah padam berdiri di hadapannya. Dan benar feeling Sha, orang yang sedang berdiri di hadapannya adalah Bu Emma, guru di bidang kesiswaan. Bu Emma memang guru yang paling ditakuti oleh murid-muridnya sebab wajahnya killer abis!
“ mati gue!!” batin Sha.
“ Sha Karisa!!!!” teriak guru killer itu hingga terdengar sampai gerbang depan sekolah yang seakan-akan ingin memakan mangsa yang di depannya itu.
“ iya bu?” Tanya Sha tak berani menatap wajah killer Bu Emma.
“ ikut saya ke ruangan saya!” pinta Bu Emma.
“ tapi saya harus ijin guru mapel dulu, Bu.”
“ berhubung guru mapel kamu berhalangan hadir, jadi saya yang akan mengisi kekosongan jam pelajaran di kelas kamu. Cepat ikut saya, atau kamu akan di hukum berat!!”
“ baik, Bu.”
Sampainya di ruang Bu Emma…
“ sudah berapa kali kamu dating terlambat ke sekolah?”
“ seingat saya baru sepuluh kali bu”
“ sepuluh kali bagaimana!! Jari kamu itu yang sepuluh!!”
“ lhoh ibu ini bagaimana, jari saya kan ada dua puluh bu.”
“ kamu itu sudah tujuh belas kali telat dalam dua bulan ini!! Mau jari kamu saya buat jadi tujuh belas!!”
“ hah tujuh belas? Mati gue, banyak banget!!” batin Sha.
“ Sha!!!”
“ haa? Iya bu?”
“ sebagai hukumannya karena sekarang tanggal tujuh belas dan kamu sudah telat tujuh belas kali dalam satu bulan, kamu harus membersihkan halaman sekolah kita selama tujuh belas hari. Dan ingat! Pekerjaan itu tidak boleh di bantu oleh siapa pun tak terkecuali cleaning service kita!”
“ aduh bu, lama banget tujuh belas hari. Seminggu aja deh bu”
“ kamu pilih hukuman atau DO!!!!”
“ DO? Hukuman aja deh bu, tapi jika saya mengerjakan hukuman berarti saya ketinggalan pelajaran dong bu?”
“ hukuman ini harus kamu kerjakan ketika pulang sekolah dan selama tujuh belas hari pula, kamu tidak boleh mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah ini. Mulai hari ini!!!
“ what!!!”
“ kenapa? Membantah!!!!”
“ Ohh, nggak bu, nggak apa-apa kog”
“ yaudah , sekarang tinggalkan ruangan saya dan segeralah ke kelasmu, ada banyak tugas yang harus kamu kerjakan!”
“ baik bu, terima kasih”
Sha meninggalkan ruangan Bu Emma dank e kelasnya…
Sha langsung duduk dibangkunya dan wajahnya terlihat murung.
“ kenapa lu, Sha? Telat lagi!” Tanya Resy sahabat Sha.
“ iya, mana gue ketimpa sial berlipat-lipat lagi!”
“ sial? Kenape lagi lu?” Tanya Fran.
“ tadi waktu gue lari naik tangga mau ke kelas gue jatuh trus parahnya gue ketemu si guru killer itu dan parahnya lagi gue di kasih hukuman yang waw!”
“ yang waw? Pasti Cuma yang kecil-kecil gitu ya?” Tanya Fran.
“ kecil? Palelo kecil!! Hukumannya tu gue harus bersihin halaman sekolah kita tanpa di bantu siapapun tak terkecuali cs!”
“ hah? Mati lo! Mati lo! Mati lo Sha!’
“ dasar stress, lo doain gue mati ya? Hibur gue napa! Malah mati lo mati lo!”
“ iya deh sorry, tapi Cuma sehari kan berlakunya tu hukuman?”
“ kalok satu hari mah muka gue nggak sampe kayak gini guys. Selama tujuh belas hari guys!!”
“ what? Tujuh belas hari!!!” semua teman kelas Sha berteriak serempak.
“ iya!! Sekarang gini nih, gimana caranya supaya Bu Emma ngganggalin hukumannya buat gue!”
“ lhoh Sha, tapi kan tanggal dua lima sampe tanggal satu besok kan kita libur, lumayan berkurang kan hukuman lo!” sang ketua kelaspun ikut berkata.
“ Oiya, bener juga lo, ntar gue tanyain deh sama Bu Emma”
Hati sha mulai merasa tenang dan dia mulai mengerjakan tugas-tugas yang ditinggalkan guru maple kepada kelasnya. Hingga bel istirahat pun berbunyi…
Tet…tet…tet…
“ kantin yuk Sy!”
“ ke kantin? Gue ikut dong?” pinta Fran.
“ lhah elo, ikut-ikutin gua sama Resy mulu kayak anak bebek yang suka buntutin maknya!”
“ berarti lo bebek dong? Haha”
“ sialan lo! Yaudah cabut!”
Sampai di kantin, mereka memesan makanan dan minuman…
“ ni Sha, pesenan lo!”
“ thanks”
Stengah makanan udah habis di makan Sha, tetapi….
“ Haaaaaaa? Apaan ni? Ada kecoa di makanan gue!”
“ haha, makanya kalok makan itu harus teliti dulu! Tapi kog bisanya?”
“ yaudah kita ke kelas aja yuk.”
Akhirnya mereka kembali ke ruangan kelasnya…
“ Sha Karisa!”
Sha menengok ke belakang dan ternyata… tara! Si guru killer Bu Emma!
“ Iya bu?”
“ Sha, kita langsung ke kelas dulu ya? Good luck baby”
“ Sialan lo!”
“ Sha, ikut ibu ke ruangan”
Sha menuruti perkataan bu Emma menuju ruangan Bu Emma…
“ Sha, berhubung besok tanggal dua lima sampe tanggal satu sekolah libur, jadi kamu harus……”
“ hukuman saya libur juga kan bu?” kata Sha memotong perkataan Bu Emma dan wajahnya berubah menjadi sumringah.
“ libur gimana? Jangan sok tahu kamu! Makanya kalok ada orang berbicara tu di dengarkan dulu baru kamu boleh ngomong! Maksut saya, walaupun selama liburan kamu tetap harus membersihkan halaman sekolah kita karena saya juga akan dating ke sekolah ini setiap hari walaupun libur! Dan selama Libran sekolah kita tetap mengadakan ekstrakurikuler! Oya satu lagi ingat hukuman ini hanya di kerjakan kamu saja! Cam kan itu baik-baik! Dengar?!!” bentak Bu Emma.
“ dengar bu” wajah Sha yang tadinya sumringah kini menjadi pucat, dikiranya tadi bakal di kasih keringannan tetapi tidak dan justru ‘ disemprot ‘ oleh guru killer itu.
“ oke baiklah, sekarang kembali ke kelasmu”
Sampai kelas…
“ gimana Sha? Sukses kan?”
“ sukses gimana? Tetep aja tau! Tetep tujuh belas hari!”
“ Sha, bentar deh lu ngerasa ada yang aneh nggak sih sama hari ini? Pertama lo telat tujuh belas kali di tanggal tujuh belas ini, kedua lo nemuin kecoa di makanan lo dan yang ketiga lo disemprot lagi sama tu guru killer” kata Resy.
“ oiya, bener juga kata lo! Aneh banget sih! Gue harus ke dukun nih!
“ lo ketimpa sial pada tanggal tujuh belas dan selalu tujuh belas”
“ untung kecoa tadi jumlahnya nggak tujuh belas ya! Haha”
“ ketawa aja lo! Kapan-kapan anterin gue ke dukun”
Bel berbunyi, mereka pun melanjutkan pelajaran hingga tanda pulang sekolah berbunyi.
“ Sha, gue pulang duluan ya”
“ oke!”
“ adeh sial banget deh hidup gue, mana kotor banget nih halaman!”
Sha melakukan hukumannya hingga halaman sekolah bersih, dan itu dilakukan saat pulang sekolah hingga sampai ….
Tanggal 25 Desember
“ Pa, ma, Sha berangkat ke sekolah dulu ya”
“ lhoh ngapain kamu ke sekolah hari ini kan libur” kata papa Sha.
“ Sham au ekstrakurikuler” jawab Sha.
“ oke, hati-hati”
“boong lagi deh gue” batin Sha.
Akhirnya sampai di sekolah…
“ gimana Sha? Kamu siap hari ini?” Tanya Bu Emma.
“ iya siap bu.”
“ yaudah kamu kerjakan mulai sekarang” perintah Bu Emma.
“ baik bu”
Sha melakukan tugasnya, dan tidak sadar kalok dia diperhatikan oleh seorang cowok.
“ lhoh kok lo yang bersih-bersih di sini?” Tanya cowok itu, rupanya cowok itu adalah cowok paling top di sekolah.
“ eh, Ray! Iya ini gue lagi di hokum sama guru killer.”
“ haha dihukum? Di hokum karna apa?”
“ gue telat udah tujuh belas kali dalam dua bulan terakhir ini! Hukumannya ya lo bisa liat sendiri sekarang, di suruh bersihin halaman sekolah selama tujuh belas hari walaupun libur dan nggak boleh di bantu oleh siapa pun! Oya, btw lo ngapain ke sekolah?” Tanya Sha.
“ wow! Gue kan ekstra basket”
“ oiya lupa gue”
“ mau dibantu?”
“ hah! Udah nggak usah kalok ntar ketahuan sama Bu Emma lo ikut di hokum juga lagi”
“ hallah nggak papa, dihukum berdua sama lo kan asik juga, sini sapunya!”
Ray merebut sapu dari genggaman Sha.
“ thanks ya, tapi gue nggak tanggung jawab lho kalok lo ikut dihukum juga sama tu guru.”
“ udah santai aja”
“ lo ternyata care juga ya orangnya, habis kata anak-anak lo tu playboy mantan lo banyak”
“ yaellah, lo tu percaya banget sama mereka, biasa mereka itu Cuma balas dendam sama gue soalnya mereka pad ague tolak, abis gimana lagi orang gue nggak suka sama dia”
“ haha gitu ya.”
“ ohh rupanya ada yang bantu!!” teriak Bu Emma.
“ bu, tapi ini bukan salah Sha, ini salah saya sebelumnya Sha udah kasih tau saya”
“ kalok begitu, kamu juga di hokum!”
“ oke baik bu makasih”
Bu Emma meninggalkan mereka berdua.
“ kog lo malah makasih?”
“ yak an makasih udah di beri kesempatan berdua sama lo haha”
“ dasar!”
Mereka berduapun melakukan hukumannya hingga selesai sampai tujuh belas hari genap. Dan sampai masuk sekolah…
“ gimana Sha, lo jadi ke dukun?”
“ jadi, ntar anterin gue ya”
Akhirnya sampai ke dukun..
“ mbah, saya bingung ini. Setiap ada angka dan berkaitan dengan tujuh belas saya sial. Kenapa yam bah? Terus gimana cara ngilanginnya?”
“ kesialan ini akan berakhir sampai kamu berumur tujuh belas dan menemukan cowok impian kamu saat ulang tahun yang ke tujuh belas”
“ yang bener mbah?”
“ mungkin” batin mbah dukun.
“ kalok gitu trimakasih mbah, ini uangnya. Punten.”
“ wah Sha, kalok gitu lo harus cari cowok waktu ultah lo”
“ kayaknya gue udah nemuin deh.”
“ Hah siapa?”
“ Ray!”
“ what Ray? Dia kan playboy!”
“ enggak dia nggak seperti apa yang lo kata, diabaik kog perhatian juga.”
“ oke deh, kita buktikan sampai ultah lo besok!”
Saat waktunya tanggal 16 Februari, Sha ultah yang ke tujuh belas dan membuat pesta.
“ hai makasih ya udah dating ke pesta gue.
“ Sha, gimana lo udah jadian sama Ray?”
“ belum, nggak tau ini, gue takut kalok nggak jadi”
“ Sha, sini!” panggil papa Sha
“ sekarang waktunya kamu potong kue, tapi sebelumpotong kue kamu harus make a wish dulu.”
Setelah make a wish, Sha memotong kue ultahnya dan kue pertama di berikan pada Ray.
“ thank Sha”
“ ya sama –sama, oiya yang lainnya kalok mau kue ini, potong sendiri ya.”
“ sha, gue mau ngomong sma lo. Sha gue suka sama lo, lo mau kan jadi pacar gue?”Tanya Ray
“ yam au dong.” “ akhirnya gue nggak bakal sial lagi” batin Sha
“ thanks banget Sha”
“ iya lah. Oya, gue Tanya dong, btw mantan lo sebernya ada berapa sih?”
“ mantan gue ada enam belas”
“ hah jadi aku pacar lo yang ke tujuh belas nih?”
“ yaiyalah.”
“ what!!! Seventeen??? Oh my God!!!!!!!!!” teriak Sha.
“ aduh, mampus! Telat lagi nih gue! Pak, bentar pak!” Sha berlari menuju gerbang sekolahnya dan segera ke ruang kelasnya di lantai tiga dan ia harus menaiki anak tangga yang cukup..yah banyak juga!
Sha menaiki anak tangga satu persatu dengan berlari seperti di kejar anjing gila.
Tangga ke lima belas….
Tangga ke enam belas….
Dan tangga ke tujuh belas…. GUBRAK!!!!
“ auwwww!!”Sha terjatuh di tangga ke tujuh belas, segera dia berdiri dan berlari lagi. Tetapi ketika akan berdiri lagi, Sha melihat sepatu berhak tinggi warna merah, rok selutut warna merah dan blasser warna merah ketika sampai ke wajahnya, warnanya pun merah padam berdiri di hadapannya. Dan benar feeling Sha, orang yang sedang berdiri di hadapannya adalah Bu Emma, guru di bidang kesiswaan. Bu Emma memang guru yang paling ditakuti oleh murid-muridnya sebab wajahnya killer abis!
“ mati gue!!” batin Sha.
“ Sha Karisa!!!!” teriak guru killer itu hingga terdengar sampai gerbang depan sekolah yang seakan-akan ingin memakan mangsa yang di depannya itu.
“ iya bu?” Tanya Sha tak berani menatap wajah killer Bu Emma.
“ ikut saya ke ruangan saya!” pinta Bu Emma.
“ tapi saya harus ijin guru mapel dulu, Bu.”
“ berhubung guru mapel kamu berhalangan hadir, jadi saya yang akan mengisi kekosongan jam pelajaran di kelas kamu. Cepat ikut saya, atau kamu akan di hukum berat!!”
“ baik, Bu.”
Sampainya di ruang Bu Emma…
“ sudah berapa kali kamu dating terlambat ke sekolah?”
“ seingat saya baru sepuluh kali bu”
“ sepuluh kali bagaimana!! Jari kamu itu yang sepuluh!!”
“ lhoh ibu ini bagaimana, jari saya kan ada dua puluh bu.”
“ kamu itu sudah tujuh belas kali telat dalam dua bulan ini!! Mau jari kamu saya buat jadi tujuh belas!!”
“ hah tujuh belas? Mati gue, banyak banget!!” batin Sha.
“ Sha!!!”
“ haa? Iya bu?”
“ sebagai hukumannya karena sekarang tanggal tujuh belas dan kamu sudah telat tujuh belas kali dalam satu bulan, kamu harus membersihkan halaman sekolah kita selama tujuh belas hari. Dan ingat! Pekerjaan itu tidak boleh di bantu oleh siapa pun tak terkecuali cleaning service kita!”
“ aduh bu, lama banget tujuh belas hari. Seminggu aja deh bu”
“ kamu pilih hukuman atau DO!!!!”
“ DO? Hukuman aja deh bu, tapi jika saya mengerjakan hukuman berarti saya ketinggalan pelajaran dong bu?”
“ hukuman ini harus kamu kerjakan ketika pulang sekolah dan selama tujuh belas hari pula, kamu tidak boleh mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah ini. Mulai hari ini!!!
“ what!!!”
“ kenapa? Membantah!!!!”
“ Ohh, nggak bu, nggak apa-apa kog”
“ yaudah , sekarang tinggalkan ruangan saya dan segeralah ke kelasmu, ada banyak tugas yang harus kamu kerjakan!”
“ baik bu, terima kasih”
Sha meninggalkan ruangan Bu Emma dank e kelasnya…
Sha langsung duduk dibangkunya dan wajahnya terlihat murung.
“ kenapa lu, Sha? Telat lagi!” Tanya Resy sahabat Sha.
“ iya, mana gue ketimpa sial berlipat-lipat lagi!”
“ sial? Kenape lagi lu?” Tanya Fran.
“ tadi waktu gue lari naik tangga mau ke kelas gue jatuh trus parahnya gue ketemu si guru killer itu dan parahnya lagi gue di kasih hukuman yang waw!”
“ yang waw? Pasti Cuma yang kecil-kecil gitu ya?” Tanya Fran.
“ kecil? Palelo kecil!! Hukumannya tu gue harus bersihin halaman sekolah kita tanpa di bantu siapapun tak terkecuali cs!”
“ hah? Mati lo! Mati lo! Mati lo Sha!’
“ dasar stress, lo doain gue mati ya? Hibur gue napa! Malah mati lo mati lo!”
“ iya deh sorry, tapi Cuma sehari kan berlakunya tu hukuman?”
“ kalok satu hari mah muka gue nggak sampe kayak gini guys. Selama tujuh belas hari guys!!”
“ what? Tujuh belas hari!!!” semua teman kelas Sha berteriak serempak.
“ iya!! Sekarang gini nih, gimana caranya supaya Bu Emma ngganggalin hukumannya buat gue!”
“ lhoh Sha, tapi kan tanggal dua lima sampe tanggal satu besok kan kita libur, lumayan berkurang kan hukuman lo!” sang ketua kelaspun ikut berkata.
“ Oiya, bener juga lo, ntar gue tanyain deh sama Bu Emma”
Hati sha mulai merasa tenang dan dia mulai mengerjakan tugas-tugas yang ditinggalkan guru maple kepada kelasnya. Hingga bel istirahat pun berbunyi…
Tet…tet…tet…
“ kantin yuk Sy!”
“ ke kantin? Gue ikut dong?” pinta Fran.
“ lhah elo, ikut-ikutin gua sama Resy mulu kayak anak bebek yang suka buntutin maknya!”
“ berarti lo bebek dong? Haha”
“ sialan lo! Yaudah cabut!”
Sampai di kantin, mereka memesan makanan dan minuman…
“ ni Sha, pesenan lo!”
“ thanks”
Stengah makanan udah habis di makan Sha, tetapi….
“ Haaaaaaa? Apaan ni? Ada kecoa di makanan gue!”
“ haha, makanya kalok makan itu harus teliti dulu! Tapi kog bisanya?”
“ yaudah kita ke kelas aja yuk.”
Akhirnya mereka kembali ke ruangan kelasnya…
“ Sha Karisa!”
Sha menengok ke belakang dan ternyata… tara! Si guru killer Bu Emma!
“ Iya bu?”
“ Sha, kita langsung ke kelas dulu ya? Good luck baby”
“ Sialan lo!”
“ Sha, ikut ibu ke ruangan”
Sha menuruti perkataan bu Emma menuju ruangan Bu Emma…
“ Sha, berhubung besok tanggal dua lima sampe tanggal satu sekolah libur, jadi kamu harus……”
“ hukuman saya libur juga kan bu?” kata Sha memotong perkataan Bu Emma dan wajahnya berubah menjadi sumringah.
“ libur gimana? Jangan sok tahu kamu! Makanya kalok ada orang berbicara tu di dengarkan dulu baru kamu boleh ngomong! Maksut saya, walaupun selama liburan kamu tetap harus membersihkan halaman sekolah kita karena saya juga akan dating ke sekolah ini setiap hari walaupun libur! Dan selama Libran sekolah kita tetap mengadakan ekstrakurikuler! Oya satu lagi ingat hukuman ini hanya di kerjakan kamu saja! Cam kan itu baik-baik! Dengar?!!” bentak Bu Emma.
“ dengar bu” wajah Sha yang tadinya sumringah kini menjadi pucat, dikiranya tadi bakal di kasih keringannan tetapi tidak dan justru ‘ disemprot ‘ oleh guru killer itu.
“ oke baiklah, sekarang kembali ke kelasmu”
Sampai kelas…
“ gimana Sha? Sukses kan?”
“ sukses gimana? Tetep aja tau! Tetep tujuh belas hari!”
“ Sha, bentar deh lu ngerasa ada yang aneh nggak sih sama hari ini? Pertama lo telat tujuh belas kali di tanggal tujuh belas ini, kedua lo nemuin kecoa di makanan lo dan yang ketiga lo disemprot lagi sama tu guru killer” kata Resy.
“ oiya, bener juga kata lo! Aneh banget sih! Gue harus ke dukun nih!
“ lo ketimpa sial pada tanggal tujuh belas dan selalu tujuh belas”
“ untung kecoa tadi jumlahnya nggak tujuh belas ya! Haha”
“ ketawa aja lo! Kapan-kapan anterin gue ke dukun”
Bel berbunyi, mereka pun melanjutkan pelajaran hingga tanda pulang sekolah berbunyi.
“ Sha, gue pulang duluan ya”
“ oke!”
“ adeh sial banget deh hidup gue, mana kotor banget nih halaman!”
Sha melakukan hukumannya hingga halaman sekolah bersih, dan itu dilakukan saat pulang sekolah hingga sampai ….
Tanggal 25 Desember
“ Pa, ma, Sha berangkat ke sekolah dulu ya”
“ lhoh ngapain kamu ke sekolah hari ini kan libur” kata papa Sha.
“ Sham au ekstrakurikuler” jawab Sha.
“ oke, hati-hati”
“boong lagi deh gue” batin Sha.
Akhirnya sampai di sekolah…
“ gimana Sha? Kamu siap hari ini?” Tanya Bu Emma.
“ iya siap bu.”
“ yaudah kamu kerjakan mulai sekarang” perintah Bu Emma.
“ baik bu”
Sha melakukan tugasnya, dan tidak sadar kalok dia diperhatikan oleh seorang cowok.
“ lhoh kok lo yang bersih-bersih di sini?” Tanya cowok itu, rupanya cowok itu adalah cowok paling top di sekolah.
“ eh, Ray! Iya ini gue lagi di hokum sama guru killer.”
“ haha dihukum? Di hokum karna apa?”
“ gue telat udah tujuh belas kali dalam dua bulan terakhir ini! Hukumannya ya lo bisa liat sendiri sekarang, di suruh bersihin halaman sekolah selama tujuh belas hari walaupun libur dan nggak boleh di bantu oleh siapa pun! Oya, btw lo ngapain ke sekolah?” Tanya Sha.
“ wow! Gue kan ekstra basket”
“ oiya lupa gue”
“ mau dibantu?”
“ hah! Udah nggak usah kalok ntar ketahuan sama Bu Emma lo ikut di hokum juga lagi”
“ hallah nggak papa, dihukum berdua sama lo kan asik juga, sini sapunya!”
Ray merebut sapu dari genggaman Sha.
“ thanks ya, tapi gue nggak tanggung jawab lho kalok lo ikut dihukum juga sama tu guru.”
“ udah santai aja”
“ lo ternyata care juga ya orangnya, habis kata anak-anak lo tu playboy mantan lo banyak”
“ yaellah, lo tu percaya banget sama mereka, biasa mereka itu Cuma balas dendam sama gue soalnya mereka pad ague tolak, abis gimana lagi orang gue nggak suka sama dia”
“ haha gitu ya.”
“ ohh rupanya ada yang bantu!!” teriak Bu Emma.
“ bu, tapi ini bukan salah Sha, ini salah saya sebelumnya Sha udah kasih tau saya”
“ kalok begitu, kamu juga di hokum!”
“ oke baik bu makasih”
Bu Emma meninggalkan mereka berdua.
“ kog lo malah makasih?”
“ yak an makasih udah di beri kesempatan berdua sama lo haha”
“ dasar!”
Mereka berduapun melakukan hukumannya hingga selesai sampai tujuh belas hari genap. Dan sampai masuk sekolah…
“ gimana Sha, lo jadi ke dukun?”
“ jadi, ntar anterin gue ya”
Akhirnya sampai ke dukun..
“ mbah, saya bingung ini. Setiap ada angka dan berkaitan dengan tujuh belas saya sial. Kenapa yam bah? Terus gimana cara ngilanginnya?”
“ kesialan ini akan berakhir sampai kamu berumur tujuh belas dan menemukan cowok impian kamu saat ulang tahun yang ke tujuh belas”
“ yang bener mbah?”
“ mungkin” batin mbah dukun.
“ kalok gitu trimakasih mbah, ini uangnya. Punten.”
“ wah Sha, kalok gitu lo harus cari cowok waktu ultah lo”
“ kayaknya gue udah nemuin deh.”
“ Hah siapa?”
“ Ray!”
“ what Ray? Dia kan playboy!”
“ enggak dia nggak seperti apa yang lo kata, diabaik kog perhatian juga.”
“ oke deh, kita buktikan sampai ultah lo besok!”
Saat waktunya tanggal 16 Februari, Sha ultah yang ke tujuh belas dan membuat pesta.
“ hai makasih ya udah dating ke pesta gue.
“ Sha, gimana lo udah jadian sama Ray?”
“ belum, nggak tau ini, gue takut kalok nggak jadi”
“ Sha, sini!” panggil papa Sha
“ sekarang waktunya kamu potong kue, tapi sebelumpotong kue kamu harus make a wish dulu.”
Setelah make a wish, Sha memotong kue ultahnya dan kue pertama di berikan pada Ray.
“ thank Sha”
“ ya sama –sama, oiya yang lainnya kalok mau kue ini, potong sendiri ya.”
“ sha, gue mau ngomong sma lo. Sha gue suka sama lo, lo mau kan jadi pacar gue?”Tanya Ray
“ yam au dong.” “ akhirnya gue nggak bakal sial lagi” batin Sha
“ thanks banget Sha”
“ iya lah. Oya, gue Tanya dong, btw mantan lo sebernya ada berapa sih?”
“ mantan gue ada enam belas”
“ hah jadi aku pacar lo yang ke tujuh belas nih?”
“ yaiyalah.”
“ what!!! Seventeen??? Oh my God!!!!!!!!!” teriak Sha.
Tok…tok..tok…tok..
“Siapa?” Tanya si empunya pintu kamar yang sedang asyik mengerjakan tugas sekolahnya.
“Ini gue Mischa, Sya.” Jawab kembaran Mesya.
Yap! Mischa dan Mesya memang kembar tetapi perbedaan mereka terlihat sekali walaupun mereka mirip. Mesya lebih konsen ke belajarnya, ke toko buku dan tentunya kemana-mana lebih senang dengan membawa buku entah itu buku ilmu atau novel. Sedang kembarannya, Mischa lebih sering hang out ke mall bersama teman-temannya dan kemana-mana membawa kipas.
“Apa Cha? Lo liat nggak kalok gue lagi sibuk ngerjain tugas?”
“Yaellah, jutek banget sih neng! Pantes nggak ada yang nempel sama lo. Gue ke sini cuma mau ngasih tau aja kalok di luar ada yang mau cari kost. Kan kebetulan tempat kita kosong satu. Gimana?”
Rumah keluarga mereka memang seperti istana, sampe-sampe kamar banyak yang kosong dan keluarga mereka berinisial untuk di kost-in cowok. Walaupun mereka keturunan Brahma Group, yang punya banyak bisnis seperti restoran dan hotel, Mischa dan orang tuanya tetap ingin berbisnis. Mungkin udah keturunan Kusuma Brahmatyo kali ya sang kakek orang terkaya nomor 4 di Indonesia. Terkecuali Mesya, di sama sekali tidak tertarik ddengan bisnis, dia lebih tertarik dengan sastra dan bahasa. Kita kembali ke cerita yuk….
“Terserah lo dah kalok itu yang penting di rumah, dia sopan dan nggak ugal-ugal itu aja.”
“Lo kata balap motor, ugal-ugalan haha.”ledek mischa pada kembarannya.
Mesya tidak mendengarkan ledekan Mischa dia tetap serius mengerjakan tugasnya.
Sementara di ruang tamu….
“Kalok masalah duit sih nyantai aja, yang penting lo nyaman dulu aja disini baru bulan ketiga dah lu boleh bayar. Oya disini yang ada gue, kembaran gue namanya Mesya, pembantu ada enem, sopir ada dua buat gue sama Mesya, sama anak kost yang laen juga ada tiga. Disini nggak ada ortu gue. Mereka kerja di Amrik, biasa bisnis.” Cerita Mischa.
“Ohh ya, Mbak. Kalok gitu kamar saya dimana ya?” Tanya Brason anak baru di istana si kembar itu.
“Weitss, lu kata gue umur dua puluhan dipanggil Mbak. Panggil gue Mischa aja. Oke sini gua anter.”
“oiya disini kalok mau makan ada aturannya entah itu breakfast atau lunch atau dinner, harus bareng-bareng di ruang makan. Entar jamnya gue kasih tau, kalok nggak bisa makan di ruang makan bisa di bawa ke kamar lo tapi hukumannya harus cuci piring sendiri. Nah ini kamar lo mulai sekarang.”
“Oke! Bisa tinggalin gue sendiri disini?”
“yap! Jadwal lunch ntar gue kasih tau.”
Mischa kembali ke kamar Mesya….
“ Sya, anak baru lumayan juga lho. Putih,tinggi,ganteng kayaknya turunan bule deh indo gitu mukanya.”
“ bisa ketok pintu dulu nggak kalok mau masuk kamar orang lain?”
“ ya maaf, beneran deh handsome man banget deh!”
“ Ya itu sih urusan lo” Mesya kembali mengerjakan tugasnya.
Jadwal lunch pun tiba….
“ Brason…brason… waktunya lunch nih langsung ke ruang makan ya!”
“ Oke!”
“ Oh ya kalok lo mau pesen makanan kesukaan lo tinggal pesen aja sama pembantu. Oke!”
“ Kembaran lo mana kog nggak keliatan?”
“ Oh dia sih emang orangnya kayak gitu, seneng banget kalok ngerjain tugas, baca buku ampe mukanya kayak kutu buku haha.”
“ Haha jangan gitu, kualat ntar lo!”
“ Lo indo ya? Ortu lo tinggal dimana?” Tanya Mischa, rupanya Mischa ada hati dengan Brason.
“ Ortu sih sekarang tinggal di Australia tapi nyokap asli Indonesia. Gue ke sini juga baru kemaren langsung cari kost ke sini. Pindah sekolah dari Ausie ke sini di Kusumanegara High School, pasti tau kan?”
“ Hehe iya, kebetulan tu sekolah punya keluarga besar gue Brahma Group. Lo di kelas mana?
“ Ohh berarti gue kenal sama keluarga Brahma dong haha tinggal seatap lagi. Nggak tau nih gue masih bingung.”
“ Gimana kalok lo, sekelas sama gue aja sama kembaran gue juga di kelas XI Cat? Daripada lo bingung kan?”
“ Wah boleh juga tuh. Oke deh!”
“ Yaudah besok tinggal masuk aja di kelas gue, langsung cari tempat duduk aja.”
“ Thanks ya”
Merekapun terus ngobrol hingga Mischa sangat menyukai Brason, tapi Brason tak punya hati pada Mischa. Karna menurutnya, Mischa terlalu centil dan pamer dengan segala sesuatu yang dia punya. Walaupun Brason adalah anak konglomerat juga dan punya keturunan bisnis juga tetapi Brason tak tertarik dengan bisnis walaupun papanya mewariskan pada Brason. Menurut Brason, bisnis bukan pekerjaan di bidangnya, melainkan di bidang adiknya, Sam yang punya cita-cita sebagai pebisnis besar seperti papanya dan dia masih sekolah di Ausie. Tapi Brason tidak cerita pada Mischa jika Brason anak konglomerat, itu bisa membuat Mischa lebih suka pada Brason. Dan Brason terlihat risih.
“ Cha, gue boleh nonton tv kan di ruang keluarga?”
“Ya bolehlah, yaudah kalok gitu gue mau ke mall dulu ya ada janji nih sama temen-temen.”
Setelah berdandan, Mischa pamit pada Mesya dan…
“ Sya, gue ke mall dulu ya. Awas lho, jangan di embat, tuh bule calon gue.”
“ Makan tuh bule!”
Di kamar Mesya boring juga akhirnya ia menyempatkan menonton tv di ruang keluarga. Tetapi di ruang keluarga udah ada Brason terpaksa mereka nonton tv bareng.
“ Hallo, lo kembarannya Mischa ya? Kenalin gue Brason yang nge kost disini.” Brason memperkenalkan diri. Mereka saling bertatapan, mata mereka memancarkan sinar-sinar tanda pandangan pertama.
“ya, gue ngerti. Gue ke kamar dulu.”jawab Mesya tak berani menatap mata Brason lagi. Baru kali ini Mesya merasakan perasaan berbeda dengan cowok-cowok lainnya. Jantungnya berdegup kencang, begitu pula dengan Brason dan kembali ke kamarnya.
Sampai kamar, Mesya masih mengingat-ingat kejadian tadi. Diam-diam Mesya jatuh cinta pada Brason, tetapi dia tidak berani mengungkapkan perasaannya dan tak enak hati dengan kembarannya yang juga naksir Brason.
“ Kenapa gue jadi mikirin dia terus ya. Udahlah itu kan juga punya Mischa, jadi gue harus nglupain kejadian tadi.” Batin Mesya.
Tapi kenyataannya Mesya tidak bisa melupakan Brason dia sustru semakin suka dengan Brason. Mesya berbeda dengan Mischa, Mesya lebih suka memendam perasaannya dan rela melupakan Brason demi Mischa. Dan Mischa tidak boleh tau perasaan sebenarnya Mesya ke Brason.
Sementara di ruang keluarga…..
“ Mesya cantik juga, lebih cantik dari Mischa. Wajahnya pun lebih natural dari pada Mischa.” Batin Brason. Brason masih memikirkan dan membayangkan Mesya, sampai akhirnya….
“ Hei Brason! Gue bawain oleh-oleh nih buat lo.” Teriak Mischa, rupanya dia sudah pulang dengan banyak barang bawaan yang dibelinya di mall.
“ Oh, thanks ya.” Jawab Brason singkat. Brason sudah tau bahwa Mesya jatuh cinta padanya. Tetapi Mesya semakin ingin dekat ddengan Brason. Dan sampai akhirnya…
Tiga bulan kemudian…
“ Sya, gue udah jadian lho sama Brason!” kata Mischa sumringah memberi tahu Mesya.
“ Ohh, selamat!” kata Mesya tersenyum walaupun hatinya menangis.
“ Oiya, tapi gue sekarang mau ke mall , Resta ultah. Lo nggak dating?”
“ Nggak, gue di rumah aja.”
Ketika Mischa sudah keluar rumah, Mesya langsung menuju taman. Mesya menangis dan dia bingung harus berbuat apa. Dia mau melarang Mischa dan Brason pacaran tapi itu nggak mungkin karna itu hak mereka.
“ Gue bingung harus ngapain.” Teriak Mesya sambil nangis terisak-isak dan membaca novel keluaran terbaru.
“ Lo juga suka novel itu? Nih lap dulu peluhmu.” Tiba-tiba ada seorang cowok yang duduk menemani Mesya di taman, rupanya itu addalah Brason.
“ Lo nggak ke mall juga?” Tanya Mesya pada Brason.
“ Gue nggak tertarik, gue lebih tertarik ke toko buku.” Tapi yang diinginkan Brason sekarang bukan ke toko buku tapi melainkan ingin memeluk Mesya yang ada di sampingnya. Brason sebenarnya tidak ikhlas pacaran dengan Mischa sebab Brason dipaksa jadian dan pura-pura suka, kalok tidak Brason akan di keluarkan dari Kusumanegara High School. Tapi Mesya tidak boleh tau tentang perasaan yang sebenarnya pada Mischa.
“ Cari buku yuk.” Tawar Brason. Mesya hanya mengnganggukkan kepalanya tanda dia mau.
Di mobil Brason, Mesya hanya diam dan membaca novelnya.
“ Gue lebih suka lho sama cewek yang suka baca buku dari pada ke mall.” Kata Brason, tetapi Mesya hanya diam saja walaupun dia mendengarkan Brason bicara padanya.
“ Hei! Ngomong dong!”
“ Mischa kan suka ke mall kan, lo boong dong buktinya lo jadian sama dia.”
Brason kaget dan bingung mau cari alas an apa dan dia harus berbohong pada Mesya.
“ Ya kalok Mischa kan beda, walaupun di sering ke mall tapu dia juga bisa ngehargain gue yang sering beli buku.” Jawab Brason.
Dalam hati Mesya menangis mendengar pernyataan itu, tetapi dia tidak boleh mengangis sebab Brason bisa tahu kalok dia suka pada Brason. Mesya pun melanjutkan membaca novelnya.
“ Itu bukannya Mischa ya. Sama sapa tuh? Cowok? Kog lengket banget.” Tanya Brason pura-pura panas hati.
“ Itu Calvin, mantannya.” Jawab Mesya.
“ yaudahlah masalh itu ntar di rumah aja yang penting kita cari buku dulu.”
Akhirnya mereka sampai di toko buku. Mereka membeli buku yang diinginkannya dan pulang. Sampai di rumah untung saja mereka dulu yang sampai baru Mischa.
“ Dari mana lo?” Tanya Brason pura-pura cemburu.
“ Dari mall, Baby. Ke party birthday nya temen.” Jawab Mischa.
“ tapi gue liat di jalan lo sama cowok, lengket banget.”
Mischa gelagapan, dia bingung harus berkata apa dan akhirnya….
“ Iya memang! Dia mantan gue dan sekarang gue udah balikan. Kenapa gue balikan? Karna dia lebih perhatian dari pada lo! Mulai sekarang hubungan kita sampai sini aja.” Mischa memang playgirl, dia suka gonta-ganti pacar.
“ Oke kalo itu mau lo.” Jawab Brason pura-pura sedih walaupun dalam hati dia senang sekali.
Mischa menuju kamar Mesya…
“ Sya, gue mutusin Brason. Dan gue nggak akan mau lagi balikan sama dia!”
“ Oh ya? Wow!”
“ Dia itu nggak ada perhatiannya sama gue! Emang sih gue tadi ketahuan jalan sama Calvin.”
“ Tapi dia cinta sama lo!” jawab Mesya dan meninggalkan Mischa di kamarnya.
Mesya menuju ruang makan untuk makan, rupanya jadwal makan sekarang tidak berjalan lagi karena Mischa dan Brason putus. Mesya mendengarkan Mischa dan Brason berbicara di lantai bawah.
“ Brason,, apa bener lo cinta sama gue?”
“ Iya Cha, gue cinta banget sama lo.” Jawab Brason karna dia takut di kelurkan di sekolahnya oleh Mischa.
“ Maafin gue ya, gue salah. Lo mau nggak balik sama gue, gue bakal mutusin Calvin sekarang kok.”
“ Oke, fine.”
Mereka pun akhirnya balikan, tetapi Brason terpaksa.
Akhirnya mereka naik ke kelas tiga mereka lebih semangat karena ingin meneruskan cita-citanya.
Ting…tong..ting..tong..
“ Sya, Cha. Ini papa mama nak.” Terdengar suara orang tua mereka yang pulang dari berbisnis untuk bertemu anak-anak mereka.
“ papa! Mama!” teriak Mischa.
“ gimana kabarnya pa,ma ?” Tanya Mischa
“ im fine, how about you?”
“ im fine too thanks” jawab Mischa.
“ oya Sya, kedatangan papa mama disini bukan cuma nengok kalian aja tapi mau membicarakan tentang siapa yang dapat hak dan pantas menjadi pimpinan Brahma Group” kata Papa.
“ Aku aja pa, aku bakalan bisa dan jaga Image keluarga kita kalok jadi pimpinan Brahma Group” jawab Mischa.
“ Tapi kayaknya cocokan Mesya deh, soalnya kan Mesya jarang beli barang-barang giru kan tapi kalok kamu kan tiap minggu aja harus ke mall iya kan” kata papa pada Mischa.
“ Aku nggak cocok Pa, lebih cocok Mischa. Lagian kan aku dari dulu nggak tertarik dengan bisnis” jawab Mesya.
“ Tuh kan Pa, bener kan kata Mischa, Mesya itu nggak suka sama bisnis”
“ Yaudah kita bicarakan besok aja, lagian papa capek mau istirahat dulu”
“ Oya, Pa. disini ada penghuni rumah baru. Dia ngekost disini namanya Brason sekolah di tempat kita juga, sekelas lagi” kata Mischa
“ Oh ya? Kalok masalah kost sih itu terserah kamu aja yang penting penghuni baru itu bisa menghargai Brahma Group dan menjaga kesopanannya”
“ Tapi dia special lho Pa, this is my boyfriend. Tapi dia belum pulang, tadi sih bilang pulang agak telat mau ngerjain tugas kelompok dulu di rumah Arswe” jelas Mischa. Tapi Mesya meninggalkan mereka berdua di ruang keluarga dan masuk ke kamarnya.
“ Kenapa tuh Mesya? Oh gitu. Yaudah nanti kenalin ke papa mama ya”
“ Siap pa !”
Brason pun akhirnya pulang ke rumah…
“ Hei, sudah pulang? Ini kenalin ortu aku J.P Brahmatyo anak dari Kusuma Brahmatyo haha dan nyonya J.P Brahmatyo” sapa Mischa dan langsung mengenalkan ortunya pada Brason.
“ Oh ini, pacar Mischa dan anak kost. Lumayan, pinter juga kamu cari pacar”
“ iya dong, kan turunan dari mama haha”
“ Tapi gini ya, kalian harus konsen ke ujian nasional karna kalian kelas tiga dan kalian harus menentukan karir kalian” jelas papa Mischa.
“ Siap deh pa!”
Sementara di kamar, Mesya putus asa untuk mendapatkan cinta Brason. Mesya sedih, tetapi karena kesedihannya itulah Mesya bisa curhat dan membuat cerpen tanpa sepengetahuan keluarganya termasuk kembarannya. Tiba-tiba di luar kamar Mesya, Mischa sedang bertelepon, rupanya dia bertelepon dengan Calvin dan mereka telah berhubungan lagi. Dan tanpa sepengetahuan Mischa, Brason mendengerkan percakapan mereka lewat telepon itu. Brason membohongi dirinya lagi, dia pura-pura marah pada Mischa.
“ Oh gini jadinya, oke kita putus” kata Brason
“ Bentar Brason, maafin gue ya”
Mendengar perkelahian Mischa dan Brason tadi, Mesya menuju kamar Mischa.
“ Kalok lo masih nyakitin perasaan Brason. Gue nggak segan-segan buat ngabisin lo dimata papa mama” bentak Mesya.
“ Haha kenapa? Bukannya lo justru seneng kalok gue putus sama Brason kan lo suka sama dia kan?” balas Mischa.
“ Iya! Emang kenapa kalok gue suka sama dia?”
“ Makan aja tuh bule!”
Mesya pun meninggalkan kamar Mischa, dia bingung dari mana Mischa tahu bahwa dirinya cinta pada Brason. Memang orang kembar itu batinnya kuat sekali dan ini terjadi pada Mischa dan Mesya.
“ Ini ada apa ini kog berantem? Sini kumpul dulu di ruang tengah. Papa sama mama mau mbicarain siapa penerus pimpinan Brahma Group ini” Kata papa.
“ Apa Pa?”
“ Gini, setelah papa piker-pikir. Papa nggak akan ngrubah pikiran papa bahwa penerus pimpinan Brahma Group adalah Mesya”
“ Pa, apa-apaan ini? Kog nggak adil, apa-apa Mesya!” jawab Mischa.
“ Maaf Pa, bukannya Mesya nggak menghargai pendapat papa, tapi Mesya nggak akan tertarik dengan penerus pimpinan Brahma Group ini. Kasihin Mischa aja” kata Mesya.
“ Eh tapi lo harus inget ya, bukan karna papa terpaksa sama gue kalok ngasihin pimpinannya ke gue tapi ini juga berkat jerih payah gue besok. Gue bakal buktiin ke lo!” jawab Mischa pada Mesya.
“ Oh ya? Selamat!” jawab Mesya.
Enam bulan pun telah berlalu dan mereka telah menyelesaikan ujiannya dan ingin kuliah ke luar negri sesuai keinginannya….
“ Sya, gue mau ngomong sama lo. Sebenarnya dari awal gue nge kost di rumah lo, gue udah jatuh cinta sama lo” kata Brason
“ Tapi kenapa lo nggak bilang dari dulu dan kenapa lo malah jadian sama Mischa’ Tanya Mesya.
“ Ya gimana lagi, gue pacaran sama dia juga terpaksa. Kalok gue nggak pacaran sama dia bisa-bisa gue di keluarin di sekolah ini. Padahal gue pengen banget bisa lama-lama ketemu lo. Sya, liat mat ague Sya, lo mau kan jadi pacar gue. Gue tau kok kalok lo juga suka sama gue. Please Sya, gue cinta banget sama lo.
“ Sorry Brason, bukannya gue nggak cinta sama lo. Tapi gue harus nglanjutin karir gue dulu di Perancis buat kuliah. Tapi hal ini nggak ngurangin rasa gue ke lo kog” jelas Mesya.
“ Oke Sya, kalok gitu gue bakal nungguin lo di Indonesia sampe lo selesai kuliah di Perancis” jawab Brason.
Sampai di rumah….
“ Pa, Mesya mau kuliah sastra dan bahasa di Perancis. Jadi Mesya nngak bisa ikut papa mama ke Amrik buat ngurusin bisnis”
“ Iya yaudah ngga papa, udah ada Mischa kog dia seneng banget ngurusin bisnis di Amrik. Yang penting kamu hati-hati aja di Perancis”
“ Thank you Pa”
Setelah tiga tahun Mesya dan Mischa pun sukses dan kembali ke Indonesia. Mesya menjadi sastrawan dan menulis ratusan buku sedangkan Mischa menjadi pebisnis besar. Sampai akhirnya Mischa menemukan calon tunangannya di Amrik dan ingin menikah di Indonesia. Sedangkan Mesya dia tetap di tunggu oleh Brason hingga akhirnya mereka juga ingin menikah di Indonesia.
“Siapa?” Tanya si empunya pintu kamar yang sedang asyik mengerjakan tugas sekolahnya.
“Ini gue Mischa, Sya.” Jawab kembaran Mesya.
Yap! Mischa dan Mesya memang kembar tetapi perbedaan mereka terlihat sekali walaupun mereka mirip. Mesya lebih konsen ke belajarnya, ke toko buku dan tentunya kemana-mana lebih senang dengan membawa buku entah itu buku ilmu atau novel. Sedang kembarannya, Mischa lebih sering hang out ke mall bersama teman-temannya dan kemana-mana membawa kipas.
“Apa Cha? Lo liat nggak kalok gue lagi sibuk ngerjain tugas?”
“Yaellah, jutek banget sih neng! Pantes nggak ada yang nempel sama lo. Gue ke sini cuma mau ngasih tau aja kalok di luar ada yang mau cari kost. Kan kebetulan tempat kita kosong satu. Gimana?”
Rumah keluarga mereka memang seperti istana, sampe-sampe kamar banyak yang kosong dan keluarga mereka berinisial untuk di kost-in cowok. Walaupun mereka keturunan Brahma Group, yang punya banyak bisnis seperti restoran dan hotel, Mischa dan orang tuanya tetap ingin berbisnis. Mungkin udah keturunan Kusuma Brahmatyo kali ya sang kakek orang terkaya nomor 4 di Indonesia. Terkecuali Mesya, di sama sekali tidak tertarik ddengan bisnis, dia lebih tertarik dengan sastra dan bahasa. Kita kembali ke cerita yuk….
“Terserah lo dah kalok itu yang penting di rumah, dia sopan dan nggak ugal-ugal itu aja.”
“Lo kata balap motor, ugal-ugalan haha.”ledek mischa pada kembarannya.
Mesya tidak mendengarkan ledekan Mischa dia tetap serius mengerjakan tugasnya.
Sementara di ruang tamu….
“Kalok masalah duit sih nyantai aja, yang penting lo nyaman dulu aja disini baru bulan ketiga dah lu boleh bayar. Oya disini yang ada gue, kembaran gue namanya Mesya, pembantu ada enem, sopir ada dua buat gue sama Mesya, sama anak kost yang laen juga ada tiga. Disini nggak ada ortu gue. Mereka kerja di Amrik, biasa bisnis.” Cerita Mischa.
“Ohh ya, Mbak. Kalok gitu kamar saya dimana ya?” Tanya Brason anak baru di istana si kembar itu.
“Weitss, lu kata gue umur dua puluhan dipanggil Mbak. Panggil gue Mischa aja. Oke sini gua anter.”
“oiya disini kalok mau makan ada aturannya entah itu breakfast atau lunch atau dinner, harus bareng-bareng di ruang makan. Entar jamnya gue kasih tau, kalok nggak bisa makan di ruang makan bisa di bawa ke kamar lo tapi hukumannya harus cuci piring sendiri. Nah ini kamar lo mulai sekarang.”
“Oke! Bisa tinggalin gue sendiri disini?”
“yap! Jadwal lunch ntar gue kasih tau.”
Mischa kembali ke kamar Mesya….
“ Sya, anak baru lumayan juga lho. Putih,tinggi,ganteng kayaknya turunan bule deh indo gitu mukanya.”
“ bisa ketok pintu dulu nggak kalok mau masuk kamar orang lain?”
“ ya maaf, beneran deh handsome man banget deh!”
“ Ya itu sih urusan lo” Mesya kembali mengerjakan tugasnya.
Jadwal lunch pun tiba….
“ Brason…brason… waktunya lunch nih langsung ke ruang makan ya!”
“ Oke!”
“ Oh ya kalok lo mau pesen makanan kesukaan lo tinggal pesen aja sama pembantu. Oke!”
“ Kembaran lo mana kog nggak keliatan?”
“ Oh dia sih emang orangnya kayak gitu, seneng banget kalok ngerjain tugas, baca buku ampe mukanya kayak kutu buku haha.”
“ Haha jangan gitu, kualat ntar lo!”
“ Lo indo ya? Ortu lo tinggal dimana?” Tanya Mischa, rupanya Mischa ada hati dengan Brason.
“ Ortu sih sekarang tinggal di Australia tapi nyokap asli Indonesia. Gue ke sini juga baru kemaren langsung cari kost ke sini. Pindah sekolah dari Ausie ke sini di Kusumanegara High School, pasti tau kan?”
“ Hehe iya, kebetulan tu sekolah punya keluarga besar gue Brahma Group. Lo di kelas mana?
“ Ohh berarti gue kenal sama keluarga Brahma dong haha tinggal seatap lagi. Nggak tau nih gue masih bingung.”
“ Gimana kalok lo, sekelas sama gue aja sama kembaran gue juga di kelas XI Cat? Daripada lo bingung kan?”
“ Wah boleh juga tuh. Oke deh!”
“ Yaudah besok tinggal masuk aja di kelas gue, langsung cari tempat duduk aja.”
“ Thanks ya”
Merekapun terus ngobrol hingga Mischa sangat menyukai Brason, tapi Brason tak punya hati pada Mischa. Karna menurutnya, Mischa terlalu centil dan pamer dengan segala sesuatu yang dia punya. Walaupun Brason adalah anak konglomerat juga dan punya keturunan bisnis juga tetapi Brason tak tertarik dengan bisnis walaupun papanya mewariskan pada Brason. Menurut Brason, bisnis bukan pekerjaan di bidangnya, melainkan di bidang adiknya, Sam yang punya cita-cita sebagai pebisnis besar seperti papanya dan dia masih sekolah di Ausie. Tapi Brason tidak cerita pada Mischa jika Brason anak konglomerat, itu bisa membuat Mischa lebih suka pada Brason. Dan Brason terlihat risih.
“ Cha, gue boleh nonton tv kan di ruang keluarga?”
“Ya bolehlah, yaudah kalok gitu gue mau ke mall dulu ya ada janji nih sama temen-temen.”
Setelah berdandan, Mischa pamit pada Mesya dan…
“ Sya, gue ke mall dulu ya. Awas lho, jangan di embat, tuh bule calon gue.”
“ Makan tuh bule!”
Di kamar Mesya boring juga akhirnya ia menyempatkan menonton tv di ruang keluarga. Tetapi di ruang keluarga udah ada Brason terpaksa mereka nonton tv bareng.
“ Hallo, lo kembarannya Mischa ya? Kenalin gue Brason yang nge kost disini.” Brason memperkenalkan diri. Mereka saling bertatapan, mata mereka memancarkan sinar-sinar tanda pandangan pertama.
“ya, gue ngerti. Gue ke kamar dulu.”jawab Mesya tak berani menatap mata Brason lagi. Baru kali ini Mesya merasakan perasaan berbeda dengan cowok-cowok lainnya. Jantungnya berdegup kencang, begitu pula dengan Brason dan kembali ke kamarnya.
Sampai kamar, Mesya masih mengingat-ingat kejadian tadi. Diam-diam Mesya jatuh cinta pada Brason, tetapi dia tidak berani mengungkapkan perasaannya dan tak enak hati dengan kembarannya yang juga naksir Brason.
“ Kenapa gue jadi mikirin dia terus ya. Udahlah itu kan juga punya Mischa, jadi gue harus nglupain kejadian tadi.” Batin Mesya.
Tapi kenyataannya Mesya tidak bisa melupakan Brason dia sustru semakin suka dengan Brason. Mesya berbeda dengan Mischa, Mesya lebih suka memendam perasaannya dan rela melupakan Brason demi Mischa. Dan Mischa tidak boleh tau perasaan sebenarnya Mesya ke Brason.
Sementara di ruang keluarga…..
“ Mesya cantik juga, lebih cantik dari Mischa. Wajahnya pun lebih natural dari pada Mischa.” Batin Brason. Brason masih memikirkan dan membayangkan Mesya, sampai akhirnya….
“ Hei Brason! Gue bawain oleh-oleh nih buat lo.” Teriak Mischa, rupanya dia sudah pulang dengan banyak barang bawaan yang dibelinya di mall.
“ Oh, thanks ya.” Jawab Brason singkat. Brason sudah tau bahwa Mesya jatuh cinta padanya. Tetapi Mesya semakin ingin dekat ddengan Brason. Dan sampai akhirnya…
Tiga bulan kemudian…
“ Sya, gue udah jadian lho sama Brason!” kata Mischa sumringah memberi tahu Mesya.
“ Ohh, selamat!” kata Mesya tersenyum walaupun hatinya menangis.
“ Oiya, tapi gue sekarang mau ke mall , Resta ultah. Lo nggak dating?”
“ Nggak, gue di rumah aja.”
Ketika Mischa sudah keluar rumah, Mesya langsung menuju taman. Mesya menangis dan dia bingung harus berbuat apa. Dia mau melarang Mischa dan Brason pacaran tapi itu nggak mungkin karna itu hak mereka.
“ Gue bingung harus ngapain.” Teriak Mesya sambil nangis terisak-isak dan membaca novel keluaran terbaru.
“ Lo juga suka novel itu? Nih lap dulu peluhmu.” Tiba-tiba ada seorang cowok yang duduk menemani Mesya di taman, rupanya itu addalah Brason.
“ Lo nggak ke mall juga?” Tanya Mesya pada Brason.
“ Gue nggak tertarik, gue lebih tertarik ke toko buku.” Tapi yang diinginkan Brason sekarang bukan ke toko buku tapi melainkan ingin memeluk Mesya yang ada di sampingnya. Brason sebenarnya tidak ikhlas pacaran dengan Mischa sebab Brason dipaksa jadian dan pura-pura suka, kalok tidak Brason akan di keluarkan dari Kusumanegara High School. Tapi Mesya tidak boleh tau tentang perasaan yang sebenarnya pada Mischa.
“ Cari buku yuk.” Tawar Brason. Mesya hanya mengnganggukkan kepalanya tanda dia mau.
Di mobil Brason, Mesya hanya diam dan membaca novelnya.
“ Gue lebih suka lho sama cewek yang suka baca buku dari pada ke mall.” Kata Brason, tetapi Mesya hanya diam saja walaupun dia mendengarkan Brason bicara padanya.
“ Hei! Ngomong dong!”
“ Mischa kan suka ke mall kan, lo boong dong buktinya lo jadian sama dia.”
Brason kaget dan bingung mau cari alas an apa dan dia harus berbohong pada Mesya.
“ Ya kalok Mischa kan beda, walaupun di sering ke mall tapu dia juga bisa ngehargain gue yang sering beli buku.” Jawab Brason.
Dalam hati Mesya menangis mendengar pernyataan itu, tetapi dia tidak boleh mengangis sebab Brason bisa tahu kalok dia suka pada Brason. Mesya pun melanjutkan membaca novelnya.
“ Itu bukannya Mischa ya. Sama sapa tuh? Cowok? Kog lengket banget.” Tanya Brason pura-pura panas hati.
“ Itu Calvin, mantannya.” Jawab Mesya.
“ yaudahlah masalh itu ntar di rumah aja yang penting kita cari buku dulu.”
Akhirnya mereka sampai di toko buku. Mereka membeli buku yang diinginkannya dan pulang. Sampai di rumah untung saja mereka dulu yang sampai baru Mischa.
“ Dari mana lo?” Tanya Brason pura-pura cemburu.
“ Dari mall, Baby. Ke party birthday nya temen.” Jawab Mischa.
“ tapi gue liat di jalan lo sama cowok, lengket banget.”
Mischa gelagapan, dia bingung harus berkata apa dan akhirnya….
“ Iya memang! Dia mantan gue dan sekarang gue udah balikan. Kenapa gue balikan? Karna dia lebih perhatian dari pada lo! Mulai sekarang hubungan kita sampai sini aja.” Mischa memang playgirl, dia suka gonta-ganti pacar.
“ Oke kalo itu mau lo.” Jawab Brason pura-pura sedih walaupun dalam hati dia senang sekali.
Mischa menuju kamar Mesya…
“ Sya, gue mutusin Brason. Dan gue nggak akan mau lagi balikan sama dia!”
“ Oh ya? Wow!”
“ Dia itu nggak ada perhatiannya sama gue! Emang sih gue tadi ketahuan jalan sama Calvin.”
“ Tapi dia cinta sama lo!” jawab Mesya dan meninggalkan Mischa di kamarnya.
Mesya menuju ruang makan untuk makan, rupanya jadwal makan sekarang tidak berjalan lagi karena Mischa dan Brason putus. Mesya mendengarkan Mischa dan Brason berbicara di lantai bawah.
“ Brason,, apa bener lo cinta sama gue?”
“ Iya Cha, gue cinta banget sama lo.” Jawab Brason karna dia takut di kelurkan di sekolahnya oleh Mischa.
“ Maafin gue ya, gue salah. Lo mau nggak balik sama gue, gue bakal mutusin Calvin sekarang kok.”
“ Oke, fine.”
Mereka pun akhirnya balikan, tetapi Brason terpaksa.
Akhirnya mereka naik ke kelas tiga mereka lebih semangat karena ingin meneruskan cita-citanya.
Ting…tong..ting..tong..
“ Sya, Cha. Ini papa mama nak.” Terdengar suara orang tua mereka yang pulang dari berbisnis untuk bertemu anak-anak mereka.
“ papa! Mama!” teriak Mischa.
“ gimana kabarnya pa,ma ?” Tanya Mischa
“ im fine, how about you?”
“ im fine too thanks” jawab Mischa.
“ oya Sya, kedatangan papa mama disini bukan cuma nengok kalian aja tapi mau membicarakan tentang siapa yang dapat hak dan pantas menjadi pimpinan Brahma Group” kata Papa.
“ Aku aja pa, aku bakalan bisa dan jaga Image keluarga kita kalok jadi pimpinan Brahma Group” jawab Mischa.
“ Tapi kayaknya cocokan Mesya deh, soalnya kan Mesya jarang beli barang-barang giru kan tapi kalok kamu kan tiap minggu aja harus ke mall iya kan” kata papa pada Mischa.
“ Aku nggak cocok Pa, lebih cocok Mischa. Lagian kan aku dari dulu nggak tertarik dengan bisnis” jawab Mesya.
“ Tuh kan Pa, bener kan kata Mischa, Mesya itu nggak suka sama bisnis”
“ Yaudah kita bicarakan besok aja, lagian papa capek mau istirahat dulu”
“ Oya, Pa. disini ada penghuni rumah baru. Dia ngekost disini namanya Brason sekolah di tempat kita juga, sekelas lagi” kata Mischa
“ Oh ya? Kalok masalah kost sih itu terserah kamu aja yang penting penghuni baru itu bisa menghargai Brahma Group dan menjaga kesopanannya”
“ Tapi dia special lho Pa, this is my boyfriend. Tapi dia belum pulang, tadi sih bilang pulang agak telat mau ngerjain tugas kelompok dulu di rumah Arswe” jelas Mischa. Tapi Mesya meninggalkan mereka berdua di ruang keluarga dan masuk ke kamarnya.
“ Kenapa tuh Mesya? Oh gitu. Yaudah nanti kenalin ke papa mama ya”
“ Siap pa !”
Brason pun akhirnya pulang ke rumah…
“ Hei, sudah pulang? Ini kenalin ortu aku J.P Brahmatyo anak dari Kusuma Brahmatyo haha dan nyonya J.P Brahmatyo” sapa Mischa dan langsung mengenalkan ortunya pada Brason.
“ Oh ini, pacar Mischa dan anak kost. Lumayan, pinter juga kamu cari pacar”
“ iya dong, kan turunan dari mama haha”
“ Tapi gini ya, kalian harus konsen ke ujian nasional karna kalian kelas tiga dan kalian harus menentukan karir kalian” jelas papa Mischa.
“ Siap deh pa!”
Sementara di kamar, Mesya putus asa untuk mendapatkan cinta Brason. Mesya sedih, tetapi karena kesedihannya itulah Mesya bisa curhat dan membuat cerpen tanpa sepengetahuan keluarganya termasuk kembarannya. Tiba-tiba di luar kamar Mesya, Mischa sedang bertelepon, rupanya dia bertelepon dengan Calvin dan mereka telah berhubungan lagi. Dan tanpa sepengetahuan Mischa, Brason mendengerkan percakapan mereka lewat telepon itu. Brason membohongi dirinya lagi, dia pura-pura marah pada Mischa.
“ Oh gini jadinya, oke kita putus” kata Brason
“ Bentar Brason, maafin gue ya”
Mendengar perkelahian Mischa dan Brason tadi, Mesya menuju kamar Mischa.
“ Kalok lo masih nyakitin perasaan Brason. Gue nggak segan-segan buat ngabisin lo dimata papa mama” bentak Mesya.
“ Haha kenapa? Bukannya lo justru seneng kalok gue putus sama Brason kan lo suka sama dia kan?” balas Mischa.
“ Iya! Emang kenapa kalok gue suka sama dia?”
“ Makan aja tuh bule!”
Mesya pun meninggalkan kamar Mischa, dia bingung dari mana Mischa tahu bahwa dirinya cinta pada Brason. Memang orang kembar itu batinnya kuat sekali dan ini terjadi pada Mischa dan Mesya.
“ Ini ada apa ini kog berantem? Sini kumpul dulu di ruang tengah. Papa sama mama mau mbicarain siapa penerus pimpinan Brahma Group ini” Kata papa.
“ Apa Pa?”
“ Gini, setelah papa piker-pikir. Papa nggak akan ngrubah pikiran papa bahwa penerus pimpinan Brahma Group adalah Mesya”
“ Pa, apa-apaan ini? Kog nggak adil, apa-apa Mesya!” jawab Mischa.
“ Maaf Pa, bukannya Mesya nggak menghargai pendapat papa, tapi Mesya nggak akan tertarik dengan penerus pimpinan Brahma Group ini. Kasihin Mischa aja” kata Mesya.
“ Eh tapi lo harus inget ya, bukan karna papa terpaksa sama gue kalok ngasihin pimpinannya ke gue tapi ini juga berkat jerih payah gue besok. Gue bakal buktiin ke lo!” jawab Mischa pada Mesya.
“ Oh ya? Selamat!” jawab Mesya.
Enam bulan pun telah berlalu dan mereka telah menyelesaikan ujiannya dan ingin kuliah ke luar negri sesuai keinginannya….
“ Sya, gue mau ngomong sama lo. Sebenarnya dari awal gue nge kost di rumah lo, gue udah jatuh cinta sama lo” kata Brason
“ Tapi kenapa lo nggak bilang dari dulu dan kenapa lo malah jadian sama Mischa’ Tanya Mesya.
“ Ya gimana lagi, gue pacaran sama dia juga terpaksa. Kalok gue nggak pacaran sama dia bisa-bisa gue di keluarin di sekolah ini. Padahal gue pengen banget bisa lama-lama ketemu lo. Sya, liat mat ague Sya, lo mau kan jadi pacar gue. Gue tau kok kalok lo juga suka sama gue. Please Sya, gue cinta banget sama lo.
“ Sorry Brason, bukannya gue nggak cinta sama lo. Tapi gue harus nglanjutin karir gue dulu di Perancis buat kuliah. Tapi hal ini nggak ngurangin rasa gue ke lo kog” jelas Mesya.
“ Oke Sya, kalok gitu gue bakal nungguin lo di Indonesia sampe lo selesai kuliah di Perancis” jawab Brason.
Sampai di rumah….
“ Pa, Mesya mau kuliah sastra dan bahasa di Perancis. Jadi Mesya nngak bisa ikut papa mama ke Amrik buat ngurusin bisnis”
“ Iya yaudah ngga papa, udah ada Mischa kog dia seneng banget ngurusin bisnis di Amrik. Yang penting kamu hati-hati aja di Perancis”
“ Thank you Pa”
Setelah tiga tahun Mesya dan Mischa pun sukses dan kembali ke Indonesia. Mesya menjadi sastrawan dan menulis ratusan buku sedangkan Mischa menjadi pebisnis besar. Sampai akhirnya Mischa menemukan calon tunangannya di Amrik dan ingin menikah di Indonesia. Sedangkan Mesya dia tetap di tunggu oleh Brason hingga akhirnya mereka juga ingin menikah di Indonesia.
ditinggal terus
Kring..kring..
Gisella bangun dari tidur karena mendengar handphonenya berbunyi. Ada 8 sms masuk “ Happy birthday Gisella Atmaja, wish you all the best ya. Makan-makan nih..”. Yap ! hari ini adalah ulang tahun Gisella yang ke 15. Sahabat-sahabat Gisella hanya bisa mengucapkan lewat sms dan telepon karena hari itu tepat hari Minggu dan mereka libur sekolah.
“ Sayang, happy birthday ya jangan nakal di Indonesia maaf papa sama mama belum pulang ke Indonesia karna harus mengurusi perusahaan keluarga kita di Jerman.” Gisella membaca sms dari papanya. Ya memang beginilah keluarga mereka. Orang tua Gisella bekerja menjadi pebisnis dan mempunyai beberapa perusahaan di beberapa negara.
Hari ini memang hari yang menyenangkan bagi Gisella, tapi besok? Besok adalah hari pertama ia Ujian Nasional SMP, hufft kesalnya.
“ Kenapa sih harus besok ujiannya? Kayak nggak ada waktu lain aja!” gerutu Gisella.
“ Emang ini sekolah lo? Seenaknya aja ngusulin pendapat.” sambar Gibran Atmaja, kakak Gisella yang sedang lewat di kamarnya.
“ Memang ini sekolah punya keluarga kita kog! Keluarga Atmaja! Lagipula kalo orang berpendapat harusnya didenger ya? Lo tuh udah di sekolahin di Sydney sama papa masih aja bego!” jawab Gisella dengan muka kecut.
“ Ya tapikan nggak seenaknya gitu juga kalik! Terserah lo sama hidup lo deh! Eh btw happy birthday ya adekku yang kayak Nenek Lampir ini.” balas Gibran.
“ Yaudah minggir, gua mau mandi duluan” bentak Gisella.
“ Aduhhh, sabar mas Gibran memang watak Non Gisella kayak gini. Sebelum mas Gibran pulang dari Sydney dia malah lebih parah dari ini” kata Mbok Sum pembantu kelurga Atmaja yang sedang menyapu lantai dan mendengar pertengkaran pahit saudara kandung itu.
“ Ini Non, susu sama rotinya” kata Mbok Sum sambil menyuguhkan sarapan pada Gisella.
“ Ya, makasih Mbok.” jawab Gisella yang sudah selesai mandi.
Dia teringat pada sahabat-sahabatnya dan ingin mengajaknya makan-makan. Ia mengambil handphonenya dan menelepon salah satu sahabatnya.
“ Hallooo Rin, ehh besok habis ujian makan makan yuk di mall, gua traktir deh!” kata Gisella.
“ Ahh yang bener lo? Yaudah ntar gua kabarin ke temen-temen deh” jawab Karin yang notabenenya adalah sahabat, anak dari keluarga Purnomo temen papa Gisella. 1
“ Iya, yaudah mungkin Jumat aja makan-makannya. Gitu dulu ya Rin. Bye.” kata Gisella dan menutup perbincangannya.
Tidak seperti biasanya pagi ini Gisella datang ke sekolah lebih awal, ya apalagi kalau bukan karena UN. Selama 4 hari berturut-turut ini Gisella harus berangkat lebih awal karena ia tidak mau terburu-buru untuk masuk ruangan karena itu hanya bisa membuat konsentrasinya buyarr…
Akhirnya sudah 4 hari Gisella dan temen-temen seangkatannya ujian.
“ Guys hari ini hari terakhir loh. Oh ya besok dateng ya makan-makan di mall lantai atas sendiri jam sebelas gua traktir deh kalian semua” ajak Gisella pada ke delapan sahabatnya.
“ Siap boss!” jawab Rangga dengan lantang. Memang sahabat Gisella yang satu ini paling doyan makan sampe-sampe perutnya aja kayak gentong.
“ Ah di otak lu cuma makan aja, yaudah gua pulang duluan ya guys!” jawab Steven.
UN telah selesai, betapa senangnya hati Gisella karena terbebas dari belajar ‘sejenak’. Gisella menjajikan makan-makan besok bersama sahabatnya. Ia telah menyebar’undangan’ pada semua sahabatnya.
“ Yihiiii, besok makan-makan asyiknya.” teriak Gisella di dalam kamar.
“ Berisik! Bisa diem nggak sih lo, gua lagi baca buku nih!” kata Gibran di ruang baca.
“ Terserah gua sama hidup gua dong haha.” balas Gisella.
“ Gua harus nyiapin baju dulu nih buat besok.” kata Gisella dalam hati.
Tapi Jumat bukanlah hari keberuntungan Gisella. Karena ia harus mengundurkan jadwal acara makan-makan bareng sahabatnya. Hari itu ia harus mengikuti acara dadakan dari sekolahnya.
“ Punya acara kecil-kecilan aja gagal melulu. Apes bener hidup gua.” Gisella mengupdate statusnya di twitter. Cewek cantik berbadan kurus tinggi berambut gelombang ini memang nggak akan pernah ketinggalan jaman. Dia memang berkehidupan mewah.
“ Sialan, nggak jadi makan-makan deh gua hari ini?” kata Gisella dengan kesal.
“ Kenapa Non?” tanya Mbok Sum. Selain menjadi pembantu di keluarga Atmaja, Mbok Sum memang menjadi tempat curhatan Gisella selain dengan sahabatnya. 2
“ Ini Mbok, besok aku nggak jadi makan-makan soalnya ada acara dadakan di sekolah. ” jawab Gisella dengan murung.
“ Oiya, Gibran mana Mbok? ” tanya Gisella pada Mbok Sum.
“ Mas Gibran lagi pergi keluar Non, katanya sih mau beli buku di Gramedia.” jawab Mbok Sum.
Sementara di toko buku Gramedia…..
“ Aduhh, novel yang judulnya We Miss They mana sih nih?” gerutu Gibran dengan bingung.
“ Ada yang bisa dibantu Mas?” tanya seorang pelayan toko.
“ Mbak novel-novel terbaru disini bagian mana ya?” tanya Gibran.
“ Oh di rak nomor tujuh bagian atas Mas.” jawab pelayan toko.
“ Makasih ya Mbak.” kata Gibran pada pelayan toko itu.
Dengan cepat Gibran menuju rak nomor tujuh.
“ Yes, dapet!” kata Gibran dengan wajah sumringah. Pada waktu itu pula ada seorang cewek yang ingin mendapatkan novel itu padahal novel itu hanya tinggal satu dan sudah diambil oleh Gibran.
“ Yah nggak dapet deh.” kata cewek itu.
Gibran menoleh ke belakang. Ternyata ada seorang cewek cantik yang ingin mendapatkan novel itu juga. Gibran terpesona pada cewek ini.
“ Kamu mau beli novel ini juga ya?” tanya Gibran pada cewek tadi.
“ Iya, tapi udah keduluan kamu. Yaudah aku mau cari ke toko buku lainnya aja.” kata cewek tadi dan meninggalkan Gibran.
“ Eh tunggu!” cegat Gibran dan menarik tangan cewek itu.
Cewek itu menoleh dan melepas tangan Gibran.
“ Emm, ma-maaf nggak sengaja, jangan pergi dulu.” kata Gibran pada cewek itu.
“ Kenapa? Ada yang kurang?” tanya cewek tadi.
“ Ini buat kamu aja, aku ngalah, kan ladies first.” kata Gibran pada cewek tadi dengan tersenyum. 3
Cewek itu membalas senyuman pada Gibran.
“ Thanks ya.” kata cewek tadi pada Gibran.
Gibran semakin terpesona pada senyuman cewek ini.
“ Sini, aku bayar dulu novelnya, ntar boleh kamu ambil kok.” kata Gibran.
“ Hah? Nggak usah.” kata cewek tadi.
“ Udah, nggak papa.” kata Gibran sambil merebut novel tadi dan membayarnya di kasir.
“ Makasih banyak ya, yaudah aku pulang dulu ya mungkin udah ditungguin sama sopirku. Sekali lagi thanks ya.” kata cewek tadi dan meninggalkan Gibran.
Gibran pun mengikutnya dari belakang.
“ Kok ngikutin?” tanya cewek tadi pada Gibran.
“ Iya, ngejagain kamu aja kalok-kalok ada yang gangguin kamu.” jawab Gibran.
“ Oo, jadi berharap aku ada yang ngangguin nih?” tanya cewek tadi.
“ Ya bukan gitu juga maksutku. Mana sopirmu?” kata Gibran.
“ Dia nggak jemput katanya lagi nganter adikku ke rumah sakit.” jawab cewek tadi.
“ Adikmu sakit? Sakit apa?” tanya Gibran.
“ Dia punya penyakit di otaknya. Kalok udah 2 jam buat belajar kepalanya sakit.” jawab cewek tadi.
“ Eh maaf jadi tanya ginian.” kata Gibran.
“ Iya nggak papa kog.” kata cewek tadi.
“ Btw, namamu sapa? Kan belum kenalan?” tanya Gibran pingn tahu.
“ Namaku Vita Kardianto, kamu sendiri?” tanya Vita
“ Aku Gibran Atmaja.” jawab Gibran.
“ Ohh kamu yang punya banyak perusahaan di berbagai negara itu ya? Trus kamu yang punya SMP Taruna Atmaja itu ya? Kebetulan adikku sekolah disana.” kata Vita.
“ Sebetulnya bukan aku yang punya tapi keluargaku. Oh ya ? Kebetulan adikku juga sekolah disitu kelas tiga.” kata Gibran.
“ Rumah kamu dmana? Sini aku antar.” ajak Gibran pada Vita.
“ Rumahku di perumahan Kardianto, perumahan kelurgaku.” jawab Vita.
Gibran dan Vita menuju mobil Honda Jazz merah kepunyaan Gibran.
“ Oiya Vit, punya palu nggak? tanya Gibran sambil cengengesan.
“ Palu? Buat apa? Ya nggaklah.” jawab Vita sambil tertawa.
“ Tapi kalok nomor hape punyakan? Boleh minta?” tanya Gibran.
“ Bilang aja kalok mau minta nomor hape, pakek tanya palu segala haha. Yaudah sini kertas sama bolpennya” kata Vita.
“ Itu ada di loker depanmu.” jawab Gibran.
Vita membuka loker depan dan menemukan sebuah foto kelurga.
“ Ini siapa?” tanya Vita sambil menunjuk gadis cantik berambut gelombang.
“ Oh itu adikku, namanya Gisella, nyebelinnya setengah mati deh haha.” jawab Gibran.
“ Ooo, kirain….” kata Vita.
“ Kirain apa ?” tanya Gibran.
“ Haa enggak kog nggak papa” jawab Vita kaget.
Gibran dan Vitapun sudah sampai di depan rumah Vita.
“ Thanks untuk yang kedua kalinya ya.” kata Vita.
“ Iya sama-sama, oiya Vit, nanti malem siapin hape ya, nanti aku sms kamu.” kata Gibran sambil malu-malu.
Di rumah keluarga Atmaja….
“ Nah itu mas Gibran Non.” kata Mbok Sum pada Gisella.
“ Halooooo semua.” teriak Gibran dari kejauhan.
“ Tumben lo jadi sumringah gini, dari mane lo?” tanya Gisella.
“ Lo juga tumben tanya gini sama gua, gua dari Gramedia.” kata Gibran.
“ Gua mau tanya nih, bantuin dong.” pinta Gisella.
“ Tanya apaan?” tanya Gibran.
“ Ke kamar lo aja deh, malu gua dsini.” kata Gisella.
“ Mau tanya apaan lo?” tanya Gibran sambil meletakkan hape di kasurnya.
“ Eh cara ndeketin gebetan lagi gimana sih caranya?” tanya Gisella dengan malu.
“ Haha yakin lo? Sumpah ngakak deh gua.” kata Gibran sambil ketawa.
“ Caranya lo ke toko buku trus bayarin buku te gebetan trus nganternya pulang.” jawab Gibran secara tak sadar.
“ Hah maksud lo? Wake up bro, wake up! Pasti lo habis nganterin gebetan lo ya? Gebetan baru? Gila lo!” kata Gisella.
“ Upss sorry gua keceplosan haha.” kata Gibran sambil cengengesan.
“ Eh ceritain dong.” pinta Gisella
“ Males ah, udah gua mau smsan dulu sama dia. Keluar sana!” kata Gibran pada asiknya.
Hari yang dinanti-nantikan Gisellapun tiba..
Gisella segera mandi dan berdandan. Baju yang dikenakannyapun tidak ketinggalan jaman. Dia memakai celana tiga perempat berbahan kain warna coklat muda atasan bunga-bunga warna biru yang dimasukkan ke dalam celana. Gisella berangkat sendirian karena mereka berjanji makan-makan dan ketemuan di mall. Gisella berjalan dengan percaya diri, dia tidak risih karena selalu diperhatikan penampilannya jika ia sedang berjalan. Gisella menunggu di dalam mall, tepatnya di dekat kolam lift. Dia menunggu sepuluh menit dan dua sahabatnyapun datang, Karin dan Mita.
“ Kenapa baru mereka yang datang?” pikir Gisella.
Tidak disangka, adik kelas yang ditaksirnyapun ke mall itu.
“ Loh! Itukan Ben.” kata Karin.
Gisella menoleh ke kiri. Benar! Itu adalah Ben.
“ Biasa kalok orang sehatikan emang gini, ngga minta ketemu aja udah ditemuin sama Tuhan.” kata Gisella.
Ben memang banyak ditaksir oleh seniornya. Ben berbadan ideal, item manis kayak kecap dan berbehel. Ben melihat ketiga cewek yang sedang duduk di pinggir kolam lift. Ben terkejut.
“ Itukan senior gua kenapa ada mereka disini.” kata Ben.
“ Terserah mereka dong, ini mall juga bukan punya bokap lo kan? Jadi terserah mereka. Apa urusannya sama lo!” jawab seorang cowok yang tiba-tiba berdiri di depan Ben.
Cowok itu adalah mantan Gisella namanya Justin. Sebenarnya Justin masih cinta dengan Gisella, tetapi karena Justin yang sangat posesif dan suka maksa Gisella, membuat Gisella tidak nyaman dan ingin putus. Mungkin juga karena Gisella sudah mengincar cowok lagi, yaitu Ben. Dan Justin mengetahuinya.
“ Hahhh! Ngapain tuh orang gila kesini? Gua kan nggak ngundang dia!” kata Gisella.
Gisella berjalan menuju Justin dan Ben.
“ Ngapain lo kesini?” tanya Gisella pada Justin.
“ Gua nggak ada hubungan lagi sama lo!” bentak Gisella.
“ Eitsss santai Sell, gua kesini juga diajak sama Karin kog, iya nggak Rin?” tanya Justin pada Karin.
“ Ehm.. i-iya bener Sell” jawab Karin terbata-bata.
“ Itu mereka!” teriak Mita sambil menunjuk ke enam sahabatnya yang baru saja datang.
“ Yaudah, langsung ke atas aja yuk.” kata Justin.
Merekapun segera ke atas dan meningglkan Ben. Gisella dan Ben masih saling bertatapan, tetapi Justin menarik tangan Gisella.
Sampai di restoran….
“ Gua pesen dulu, kalian cari tempat duduk dulu gih..” kata Gisella.
“ Siap Ndan!” jawab Rangga dengan senyum semangat seperti lagunya boyband dari Indonesia, SM*SH.
“ Mas pesen ini dong steak paket tiga jumlahnya sepuluh ya mas.” pesan Gisella pada pelayan restorannya.
“ Ya, totalnya seratus tujuh puluh lima ribu rupiah.” jawab pelayan dengan tidak ramah.
“ Nih mas, ini dua ratus ribu. Kembaliannya buat mas ke dokter periksa jiwa, kenapa masnya nggak bisa senyum.” kata Gisella dan meningglkan pelayan restoran itu.
Sambil menunggu pesanan, Gisella dan sahabat-sahabatnya ngobrol. Lagu di restoran itu diputar. Kebetulan lagu yang diputar adalah ‘Merindukanmu’ dari band D’Masiv. Kebetulan juga lagu itu mengenang di hati Karin dan Kevin. Dulu mereka sempat pacaran dan akhrinya putus. Entahlah..
“ Permisi, ini mbak pesanannya.” kata pelayan restoran.
“ Udah lengkap nih, udah silahkan dimakan para hadirin semua.” kata Gisella sambil bergaya seperti presiden saat berpidato.
Mereka menikmati hidangan steak tadi. Setelah selesai makan, mereka masih melanjutkan ngobrol. Memang kelompok ini nggak pernah habisnya untuk ngobrol. Kumpulan para remaja ini memang lengkap banget, perfecto… Ada yang pinter, oon, cantik, ganteng, nggak ketinggalan jaman, bahkan ada juga yang playboy (lirik lihat Kevin). Tapi bagi mereka semua itu bukanlah cobaan atau halangan justru itu semua membuat mereka semakin bagus karena saling melengkapi satu sama lain.
“ Bentar..bentar itu bukannya Vito ya temennya Ben.” kata Gisella pada sahabat-sahabatnya.
“ Iye.. bener!” jawab Mita.
“ Yaudah, cabut yuk udah kenyang nih.” kata Rangga.
“ Yaiyalah, kan kita SMP. Sudah Makan Pulang.” kata Tara.
Mereka turun ke lantai dasar…
“ Eh.. ketemu si banci Ben lagi.” kata Justin.
“ Kenapa sih lo! Nggak suka banget kalok ada dia!” bentak Gisella.
“ Ya jelaslah Sell, kan dia yang ngrusak hubungan kita. Coba kalok dia nggak sekolah di sekolahan kita pasti lo nggak ketemu dan nggak bakalan suka sama dia.” kata Justin.
“ Ya bagus deh kalok hubungan kita rusak! Lagian kalaupun Ben nggak sekolah di sekolah kita, gua juga tetep mutusin lo kok!” jawab Gisella.
Melihat Gisella dan Justin berantem, Ben pergi dan keluar dari mall itu.
“ Tuhkan.. Ben jadi pergi. Gara-gara lo nih!” kata Gisella pada Justin.
“ Udah..udah kalian ini berantem mulu. Malu tau diliatin orang-orang.” Kata Karin sambil melerai Gisella dan Justin.
“ Biar aja semua orang tau kalok gua benci banget sama Justin!” bentak Gisella.
“ Udahlah. Ayo Justin kita pulang!” kata Karin pada Justin.
“ Nggak, gua mau nungguin Gisella. Lo mau pulang? Pulang aja ndiri.” kata Justin pada Karin.
“ Gua bisa sendiri kog, lo pulang aja sana. Anter tuh Karin.” pinta Gisella pada Justin.
“ Yaudahlah.” kata Justin.
Gisella yang sendiri akhirnya keluar mall dan menunggu Pak So, sopir dari keluarga Atmaja.
Tiba-tiba ada mobil warna slver yang mendekati Gisella.
“ Lo sendiri? Cepet masuk ke mobil. Gua anter.” kata seorang cowok empunya mobil itu.
“ E-ee iya. Ben?” Gisella masuk kedalam mobil. Rupanya empunya mobil itu adalah Ben.
“ Rumah lo mana?” tanya Ben.
“ Di … bla..bla.. bla…” jawab Gisella.
Mereka sampai di depan gerbang rumah Gisella…
Gisella keluar dari mobil.
“ Makasih ya Ben..” kata Gisella.
“ Ya, gua pulang dulu..” kata Ben pada Gisella tanpa melihat Gisella.
Mobil Ben langsung pergi dan meninggalkan Gisella.
Gisella masuk ke dalam rumah dan bersiul-siul ria.
“ Kenapa lo?” tanya Gibran.
“ Mauuuuu tauuuu aja.. haha.” kata Gisella pada kakaknya.
“ Eh.. mau tau nggak? Gua ada kabar bagus lho.” kata Gibran.
“ Kabar bagus? Kabar bagus apaan? Paling juga papa udah ngrim duit ke lo lagi ya kan?” kata Gisella.
“ Sok tau lo. Gini.. gua udah punya cewek lagi” kata Gibran senang.
“ Ahh yang bener lo? Siapa? Masa ada juga yang mau sama lo?” kata Gisella sambil meledek kakaknya.
“ Namanya Vita Kardianto. Orangnya jauh lebih cantikdari lo.” kata Gibran.
“ Sialan. Kenalin ke gua dong. Besok suruh ajak dia ke rumah aja.” pinta Gisella.
“ Okedeh.” Jawab Gibran.
Detikpun berganti menit, menitpun berggganti jam, jampun berganti hari…( lebay deh ya)
Tingtong…tingtong…
“ Gisella..Gibran ini papa mama..” rupanya kedua orang tua mereka sudah pulang ke Indonesia.
Gibran dan Gisella segera berlari dan membuka pintu.
“ Papa… Mama…” kata Gibran dan Gisella serempak.
“ Apa kabar anak-anak mama yang udah gede ini.” kata Ny. Atmaja.
“ Baik ma… ada oleh-oleh nggak ini? ” tanya Gibran pada mamanya.
“ Ada lah… nanti dibagi rata ya sama adekmu..” kata papa kedua anak itu.
“ Pa… ma… tau nggak? Sekarang Gibran punya cewek baru lagi lho..” kata Gisella pada kedua orang tuanya itu.
“ Yang bener? Yaudah nanti ajak dia kesini ya kak..” pinta mama Gibran.
“ Siap komandan!” teriak Gibran.
“ Haha, gimana sekolah kamu Sell?” tanya papa pada Gisella.
“ Baik-baik aja kog pa..” jawab Gisella.
“ Oyaa, ma, pa, Gisell mau pergi dulu ya mau beli sepatu.” ijin Gisella pada kedua orang tuanya.
“ Iya Sell, hati-hatinya. Mau dianter papa ato Pak So?” tanya papa
“ Nggak usah pa, Gisell berangkat sendiri aja naik taksi tuh di depan. Bye..” kata Gisella.
Sementara di dalam taksi…
“ Pak ke mall ya…” pinta Gisella pada sopir taksi itu.
“ Ya, baiklah Non.” jawab sopir taksi itu.
“ Udah pak, udah sampai. Disini aja. Pak bisa tunggu disini nggak? Saya mau cari sepatu dulu.” kata Gisella pada sopir taki.
“ Oke Non.” kata sopir taksi itu.
Gisella memasuki mall. Ia bingung mau beli yang mana, karena memang gadis cantik ini paling doyan kalau belanja. Dia nggak laper perut tapi laper mata alias suka beli barang apa aja tetapi jarang dipakai. Gisella teringat kalau nanti malam Gibran akan mengundang pacarnya ke rumahnya untuk memperkenalkan pada kedua orang tuanya.
“ Sekalian beli dress deh kan nanti malem ada acara.” batin Gisella.
Setelah Gisella selesai belanja, dia segera pulang. Gisella mencari taksinya tadi. Ternyata taksi itu ada di seberang mall. Dan Gisella paling takut kalau harus menyeberang jalan. Tapi apa boleh buat dia hanya sendirian. Dan ketika menyebrang, Gisella tidak melihat kalau lampu lalu lintas sudah hijau. Dari sebelah kiri Gisella, ada motor yang akan menabrak Gisella. Motor itu akhirnya berhenti.
“ Hehh! Lo punya mata nggak sih? Gua lagi nyebrang nih.” bentak Gisella pada pengendara motor itu.
“ Maaf..” kata pengendara.
Gisella melihat mata pengendara itu dan ternyata pengendara itu adalah Ben.
“ Ben? Tunggu.” kata Gisella.
“ Apalagi? Kurang gua udah minta maaf.” kata Ben.
“ Kenapa lo ngendarainnya kayak gitu?” tanya Gisella pada Ben.
“ Sorry, gua pusing.” jawab Ben lalu meninggalkan Gisella.
Gisella ditinggal Ben dan dia menuju taksi lalu pulang.
Sampai di rumah…
“ Kemana aje lo? Cepetan mandi! Ni acara udah mau mulai.” kata Gibran pada Gisella yang keliatan kusut saat pulang belaja.
“ Iye..iye.. cerewet amat!” balas Gisella.
Persiapan untuk acara nanti malam sudah matang. Kelurga Atmaja tinggal menunggu keluarga Vita.
“ Kak, kelurga Vita dari kelurga terpandang kan? Terus nama papanya siapa?” tanya papa pada Gibran.
“ Iya pa, kalok nggak salah sih nama papanya Firman Kardianto.” jawab Gibran.
“ Oooo.. dari kelurga Kardianto?” tanya papa.
“ Iya, memang papa kenal keluarga mereka?” tanya Gibran.
“ Iya kenallah kak, perusahaan kelurga Kardianto kan pernah kerja sama juga dengan keluarga kita.” jawab papa.
“ Ya bagus deh.” kata Gibran.
“ Mana si Vita?” tanya Gisella pada Gibran.
“ Bentar lagi juga nyampek.” Kata Gibran.
Dari luar terdengar suara mobil. Yap! Mobil itu adalah kepunyaan keluarga Kardianto, tandanya mereka sudah datang.
“ Pa, Ma, Sell, Vita is coming.” kata Gibran dengan sumringah.
“ Hallo, selamat datang di rumah kami. Hallo pak Firman? Apa kabar?” papa menyambut kelurga Kardianto.
“ Ehh pak Felix Atmaja, iya pak makasih. Ternyata anak kita jadi juga ya pak? Haha.” kata papa Vita.
“ Hah? Maksudnya apa pa?” tanya Vita.
“ Dulu om sama papamu pernah berencana jodohin kamu sama Gibran, Vit.” jawab papa Gibran.
“ Halah, nggak usah di jodohin aja udah jodoh kog. Iya nggak Vit?” kata Gibran. Merekapun tertawa semua.
“ Eh btw adikmu nggak diajak, Vit?” tanya Gibran.
“ Kebetulan adikku tadi penyakitnya kumat lagi. Pusing-pusing gitu. Jadi lebih baik kalok dia di rumah aja, kasihan dia.” kata Vita.
“ Pa..ma.. kapan-kapan kita ke rumah Vita yuk buat jenguk adiknya Vita.” pinta Gibran pada kedua orang tuanya.
“ Oiyaa, adikmu mana Bran?” tanya Vita.
“ Bentar aku panggilin dulu.” Gibranpun mencari adiknya, Gisella yang masih di kamar dan masih memikirkan kejadian tadi.
“ Sell, cepet keluar. Vita nungguin tuh.” kata Gibran setelah melihat Gisella bermain laptop di kamarnya.
“ Iya iya bawel amat sih lo!” jawab Gisella. Gisellapun keluar kamar dan menemui kelurga Kardianto.
“ Ini adikmu, Bran? Cantik ya. Kamu Gisella ya?” tanya Vita.
“ I-iya.” jawab Gisella.
“ Tumben muke lo jadi kayak gitu. Biasanya kalok ada orang baru aja diintrogasi kayak polisi.” ejek Gibran.
“ Udahlah, Bran. Kasihan adikmu, mungkin dia lagi ada masalah.” bela Vita.
“ Maaf, saya pergi keluar dulu.” kata Gisella sambil meninggalkan mereka.
Di teras Gisella mikir, kenapa keluarga mereka harus di jodoh-jodohkan seperti ini? Apa ini keinginan cinta atau keinginan harta supaya bisa meneruskan perusahaan dan mendapatkan warisan. Gadis cantik ini paling tidak suka sama yang namanya perjodohan, karena hanya merekalah yang merasakan cinta. Dia termenung lama menangis sambil mendengarkan percakapan kedua orang tuanya dan kelurga Kardianto. Tiba-tiba ada seorang cowok yang menyuguhkan minuman untuk Gisella.
“ Nih minum, udah nggak usah nangis.” kata cowok tadi pada Gisella.
“ Ma-makasih.” Gisella mengengok kesamping dan ternyata…
“ Ben?” kata Gisella dengan keras.
“ Ssstt.. diem, ganggu acara kelurgamu.” kata Ben.
“ Nah lo ngapain disini?” tanya Gisella.
“Ee-e gua kebetulan lagi lewat aja.” jawab Ben.
“ Trus penampilan lo kok gitu? Pakek jas segala?” tanya Gisella.
“ Tadi gua habis dateng ke acara ulang tahun temen gua.” jawab Ben
“ Gua pulang dulu. Bye.”
Ben meninggalkan Gisella. Gibran yang mendengar adiknya berbicara menyusulnya keluar.
“ Ngomong sama siapa lo?” tanya Gibran.
“ Hah? Sapa yang ngomong? Orang gua dari tadi diem mulu disini.” jawab Gisella.
“ Trus tadi suara mobil sapa?” tanya Gibran.
“ Tadi suara mobil tetangga lewat.” jawab Gisella bohong. Acara kelurga merekapun telah selesai dan kelurga Kardianto pulang.
“ Akhirnya pulang juga.” Kata Gisella.
“ Ngomong apa sih lo?” tanya Gibran.
“ Hah? Enggak, perasaan lo aja kali, gua nggak ngomong apa-apa kok. Hehe” jawab Gisella.
“ ANEH!” jawab Gibran.
Haripun berganti esok..
“ Siapa nih yang kirim sms pagi-pagi?” tanya Gisella.
Sell, ini gua Ben. Lo bisa nggak dateng ke taman jam sembilan pagi. Nggak usah bawa temen. Gua mau ngomong sesuatu sama lo. Lo harus dateng!
Rupanya pengirim itu adalah Ben.
“ Ngapain ya Ben sms gua, mau ngomong apaan dia?” tanya Gisella dalam hati.
“ Gua harus siap-siap mandi dulu nih, biar wangi.” kata Gisella.
Setelah mandi Gisellapun berganti pakaian dan berdandan.
“ Mau kemana Non?” tanya Mbok Sum pada majikannya itu.
“ Keluar sebentar, Mbok.” jawab Gisella.
Gisella meninggalkan rumah dan menuju ke taman.
Setelah sampai di taman, Gisella melihat banyak bunga mawar dan membuat bentuk love.
“ Ini maksudnya apa?” pikir Gisella.
“ Sell, gua mau ngomong sama lo?” tanya Ben yang rupanya sudah berada di belakang Gisella.
Gisella menoleh ke belakang.
“ Mau tanya apa, Ben?” tanya Gisella.
“ Jujur, Sell. Gua udah suka sama lo udah 2 tahun semenjak gua masuk sekolah lo. Gua ngerasa semakin deket juga waktu kita sering ketemu kemarin. Gua ngerasa aman sama lo. Lo juga sering ngebalain gua waktu Justin sering ngehina gua.” kata Ben sambil melihat mata Gisella.
“ I-iya, Ben. Gua juga suka sama lo. Gua juga ngerasa aman sama lo. Lo juga udah nganterin gua pulang waktu sopir gua nggak jemput.”
“ Sell, lo mau nggak jadi cewek gua?” tanya Ben pada Gisella.
“ Nggak deh… nggak nolak haha” kata Gisella sambil tersipu malu.
“ Oiya, satu lagi, gua mau ngomong kalok lo mau ngejagain gua ntar waktu…………” kata Ben terputus.
Rupanya handphone Gisella berbunyi.
“ Hallo pa? iya pa? i-iya ini Gisella mau pulang.” kata Gisella saat ditelfon papanya.
“ Ben, aku pulang dulu ya. Udah di telfon papa.” pamit Gisella pada Ben.
“ Hati-hati.” kata Ben.
Sampai rumah…
Gisella mendengar percakapan kedua orang tua dengan Gibran.
“ Besok kita ke rumah kelurga Kardianto buat njenguk adiknya Vita dan melamar Vita.” Kata papa Gibran dan Gisella.
“ Yang bener pa? Yes! Cihuiii.” teriak Gibran.
“ Ini, Gisella udah pulang pa.”
“ Sell, besok gua mau ngelamar anaknya pak Firman Kardianto lho. Haha.” Kata Gibran pada adiknya.
“ Iyee, gua udah denger. Selamat ye.” jawab Gisella.
Gisella langsung masuk ke kamar dan main laptop.
“ Sms Ben ahh.” batin Gisella.
Setelah nunggu beberapa jam, Gisella kesal karena sms Gisella untuk Ben nggak dibales sama Ben. Sampai akhirnya tempo hari Gibran melamar Vita Kardianto pun tiba.
“ Udah siap anak-anakku? Sekarang kita berangkat buat njenguk adiknya Vita dan melamar Vita.” kata papa.
Mereka sampai di rumah kelurga Kardianto
“ Selamat datang kelurga Atmaja.” sapa Firman Kardianto.
“ Adik kamu mana Vit?” tanya Gibran.
“ Itu adikku lagi berbaring di kamarnya, dia nggak bisa berjalan berdiripun nggak bisa.” kata Vita sambil menangis.
Kelurga Atmaja pun masuk ke kamar adik Vita, termasuk Gisella. Dan tak disangka, adik Vita yang nggak bisa berjalan bahkan nggak bisa berdiri itu pun adalah Ben. Yap! Ben pacar Gisella. Ternyata Ben adalah adiknya Vita Kardianto. Gisella mengangis dan sangat terpukul melihat keadaan ini semua. Gisella duduk disebelah Ben Kardianto sambil memegang tangan Ben.
Dan kelurga mereka pun kaget jika Gisella adalah pacar Ben, adiknya Vita. Merekapun meninggalkan Gisella di kamar Ben sendirian sambil menunggu Ben.
“Ma-maafin a-aku.. sebenar—nyaa aaaku u-udah tau ka-kalok ka-kamu adalah a-diknya Gib-Gibran Atmaja, pa-pacar ka-kakku.. tapi aku e-egois.. aaku pinggin ka-kamu ja jadi pacarr kku..” kata Ben pada Gisella terbata-bata.
“ Kenapa lo nggak bilang dari dulu? Gua sayang sama lo. Tau gini kan dulu kita nggak usah paca….”
“ BEN!!!! Bangun Ben! Bangun! Gua ada disini buat lo!” teriak Gisella.
Semua orang yang ada di rumah itu pun menghampiri Gisella. Dan takdir sudah menentukan bahwa Ben harus meninggalkan mereka semua, dan pulang ke hadirat Tuhan duluan. Semua orang yang ada di rumah itu mengangis. Gibran mencoba menenangkan Vita dan adiknya, Gisella.
“ Udah, Sell, Vit, kita harus merelakan Ben. Nanti kalok Ben tau kita nangis gini pasti Ben nggak tenang di sana. Kita juga besok ketemu lagi kok sama Ben. Udah nggak usah nangis lagi ya..” hibur Gibran pada Vita dan Gisella.
“ Gua benci hidup gua, Bran! Gua nggak bisa ngejagain Ben!” teriak Gisella.
“ Sell, takdir udah menentukan. Semua ini udah di atur sama Tuhan.” kata kedua orang tua Ben pada Gisella.
“ Lebih baik kita mengubur Ben, besok pagi sekalian ngadain acara berdoa bersama.” kata papa Ben.
“ Ben, maafin kakak ya. Waktu hari kakak seneng-seneng gini. Waktu hari kakak tunangan dan udah jadi tunangannya Gibran, kamu sakit dan meninggalkan kita semua…” tangis Vita pada Ben.
Pagi menjadi siang, siang menjadi sore, sorepun menjadi malam. Akhirnya setelah selesai acara pertunangan Gibran dan Vita, keluarga Atmaja pulang ke rumah.
Pagi hari…
“ Pa, ayo kita ke rumah Kardianto sekarang juga.” pinta Gisella.
“ Iya, ini tinggal nunggu Gibran cari sepatu di rak.” kata mama.
Akhirnya mereka sampai rumah keluarga Kardianto. Mereka berdoa bersama dan mengubur Ben Kardianto. Gisella masih menangis karena ditinggal oleh seseorang yang dicintainya.
“ Sabar ya, Sell.” kata Justin. Rupanya Justin juga ikut berdoa dan mengikuti acara penguburan Ben.
“ Makasih ya Justin” jawab Gisella.
“ Perlu pundak?” tanya Justin.
Gisella pun langusung meletakkan kepalanya di atas pundak Justin.
“Gua bisa kog, gantiin Ben di hati lo. Gua bakalan janji dan berubah sama sikap gua yang posesif banget buat lo. Lo mau nggak balikan lagi sama gua? Gua janji kog.” tanya Justin pada Gisella.
Gisella pun kaget dan memeluk Justin.
“ Makasih udah mau perhatian sama gua. Maafin gua dulu pernah benci sama lo. Iya gua mau. Tapi lo harus janji sama gua. Tapi gua juga nggak akan lupain Ben di hati dan hidup gua.” jawab Gisella.
“ Yaudah nggak usah nangis. Nih lap dulu pakek sapu tangan.” Justin menyodorkan sapu tangan untuk Gisella.
5 bulan kemudian…
Kelurga Atmaja dan keluarga Kardianto siap-siap mengadakan acara pernikahan Gibran Atmaja dan Vita Kardianto. Mereka semua sudah berdandan termasuk Gisell dan Justin. Mereka sudah siap memasuki gedung dan mengucapkan selamat pada kakaknya. Tetapi saat mereka akan pergi ke pernikahaan kakaknya. Justin malah kecelakaan, masuk rumah sakit dan meninggal. Gisella sedih karena harus ditinggalkan oleh dua orang yang dicintainya.
Gisella bangun dari tidur karena mendengar handphonenya berbunyi. Ada 8 sms masuk “ Happy birthday Gisella Atmaja, wish you all the best ya. Makan-makan nih..”. Yap ! hari ini adalah ulang tahun Gisella yang ke 15. Sahabat-sahabat Gisella hanya bisa mengucapkan lewat sms dan telepon karena hari itu tepat hari Minggu dan mereka libur sekolah.
“ Sayang, happy birthday ya jangan nakal di Indonesia maaf papa sama mama belum pulang ke Indonesia karna harus mengurusi perusahaan keluarga kita di Jerman.” Gisella membaca sms dari papanya. Ya memang beginilah keluarga mereka. Orang tua Gisella bekerja menjadi pebisnis dan mempunyai beberapa perusahaan di beberapa negara.
Hari ini memang hari yang menyenangkan bagi Gisella, tapi besok? Besok adalah hari pertama ia Ujian Nasional SMP, hufft kesalnya.
“ Kenapa sih harus besok ujiannya? Kayak nggak ada waktu lain aja!” gerutu Gisella.
“ Emang ini sekolah lo? Seenaknya aja ngusulin pendapat.” sambar Gibran Atmaja, kakak Gisella yang sedang lewat di kamarnya.
“ Memang ini sekolah punya keluarga kita kog! Keluarga Atmaja! Lagipula kalo orang berpendapat harusnya didenger ya? Lo tuh udah di sekolahin di Sydney sama papa masih aja bego!” jawab Gisella dengan muka kecut.
“ Ya tapikan nggak seenaknya gitu juga kalik! Terserah lo sama hidup lo deh! Eh btw happy birthday ya adekku yang kayak Nenek Lampir ini.” balas Gibran.
“ Yaudah minggir, gua mau mandi duluan” bentak Gisella.
“ Aduhhh, sabar mas Gibran memang watak Non Gisella kayak gini. Sebelum mas Gibran pulang dari Sydney dia malah lebih parah dari ini” kata Mbok Sum pembantu kelurga Atmaja yang sedang menyapu lantai dan mendengar pertengkaran pahit saudara kandung itu.
“ Ini Non, susu sama rotinya” kata Mbok Sum sambil menyuguhkan sarapan pada Gisella.
“ Ya, makasih Mbok.” jawab Gisella yang sudah selesai mandi.
Dia teringat pada sahabat-sahabatnya dan ingin mengajaknya makan-makan. Ia mengambil handphonenya dan menelepon salah satu sahabatnya.
“ Hallooo Rin, ehh besok habis ujian makan makan yuk di mall, gua traktir deh!” kata Gisella.
“ Ahh yang bener lo? Yaudah ntar gua kabarin ke temen-temen deh” jawab Karin yang notabenenya adalah sahabat, anak dari keluarga Purnomo temen papa Gisella. 1
“ Iya, yaudah mungkin Jumat aja makan-makannya. Gitu dulu ya Rin. Bye.” kata Gisella dan menutup perbincangannya.
Tidak seperti biasanya pagi ini Gisella datang ke sekolah lebih awal, ya apalagi kalau bukan karena UN. Selama 4 hari berturut-turut ini Gisella harus berangkat lebih awal karena ia tidak mau terburu-buru untuk masuk ruangan karena itu hanya bisa membuat konsentrasinya buyarr…
Akhirnya sudah 4 hari Gisella dan temen-temen seangkatannya ujian.
“ Guys hari ini hari terakhir loh. Oh ya besok dateng ya makan-makan di mall lantai atas sendiri jam sebelas gua traktir deh kalian semua” ajak Gisella pada ke delapan sahabatnya.
“ Siap boss!” jawab Rangga dengan lantang. Memang sahabat Gisella yang satu ini paling doyan makan sampe-sampe perutnya aja kayak gentong.
“ Ah di otak lu cuma makan aja, yaudah gua pulang duluan ya guys!” jawab Steven.
UN telah selesai, betapa senangnya hati Gisella karena terbebas dari belajar ‘sejenak’. Gisella menjajikan makan-makan besok bersama sahabatnya. Ia telah menyebar’undangan’ pada semua sahabatnya.
“ Yihiiii, besok makan-makan asyiknya.” teriak Gisella di dalam kamar.
“ Berisik! Bisa diem nggak sih lo, gua lagi baca buku nih!” kata Gibran di ruang baca.
“ Terserah gua sama hidup gua dong haha.” balas Gisella.
“ Gua harus nyiapin baju dulu nih buat besok.” kata Gisella dalam hati.
Tapi Jumat bukanlah hari keberuntungan Gisella. Karena ia harus mengundurkan jadwal acara makan-makan bareng sahabatnya. Hari itu ia harus mengikuti acara dadakan dari sekolahnya.
“ Punya acara kecil-kecilan aja gagal melulu. Apes bener hidup gua.” Gisella mengupdate statusnya di twitter. Cewek cantik berbadan kurus tinggi berambut gelombang ini memang nggak akan pernah ketinggalan jaman. Dia memang berkehidupan mewah.
“ Sialan, nggak jadi makan-makan deh gua hari ini?” kata Gisella dengan kesal.
“ Kenapa Non?” tanya Mbok Sum. Selain menjadi pembantu di keluarga Atmaja, Mbok Sum memang menjadi tempat curhatan Gisella selain dengan sahabatnya. 2
“ Ini Mbok, besok aku nggak jadi makan-makan soalnya ada acara dadakan di sekolah. ” jawab Gisella dengan murung.
“ Oiya, Gibran mana Mbok? ” tanya Gisella pada Mbok Sum.
“ Mas Gibran lagi pergi keluar Non, katanya sih mau beli buku di Gramedia.” jawab Mbok Sum.
Sementara di toko buku Gramedia…..
“ Aduhh, novel yang judulnya We Miss They mana sih nih?” gerutu Gibran dengan bingung.
“ Ada yang bisa dibantu Mas?” tanya seorang pelayan toko.
“ Mbak novel-novel terbaru disini bagian mana ya?” tanya Gibran.
“ Oh di rak nomor tujuh bagian atas Mas.” jawab pelayan toko.
“ Makasih ya Mbak.” kata Gibran pada pelayan toko itu.
Dengan cepat Gibran menuju rak nomor tujuh.
“ Yes, dapet!” kata Gibran dengan wajah sumringah. Pada waktu itu pula ada seorang cewek yang ingin mendapatkan novel itu padahal novel itu hanya tinggal satu dan sudah diambil oleh Gibran.
“ Yah nggak dapet deh.” kata cewek itu.
Gibran menoleh ke belakang. Ternyata ada seorang cewek cantik yang ingin mendapatkan novel itu juga. Gibran terpesona pada cewek ini.
“ Kamu mau beli novel ini juga ya?” tanya Gibran pada cewek tadi.
“ Iya, tapi udah keduluan kamu. Yaudah aku mau cari ke toko buku lainnya aja.” kata cewek tadi dan meninggalkan Gibran.
“ Eh tunggu!” cegat Gibran dan menarik tangan cewek itu.
Cewek itu menoleh dan melepas tangan Gibran.
“ Emm, ma-maaf nggak sengaja, jangan pergi dulu.” kata Gibran pada cewek itu.
“ Kenapa? Ada yang kurang?” tanya cewek tadi.
“ Ini buat kamu aja, aku ngalah, kan ladies first.” kata Gibran pada cewek tadi dengan tersenyum. 3
Cewek itu membalas senyuman pada Gibran.
“ Thanks ya.” kata cewek tadi pada Gibran.
Gibran semakin terpesona pada senyuman cewek ini.
“ Sini, aku bayar dulu novelnya, ntar boleh kamu ambil kok.” kata Gibran.
“ Hah? Nggak usah.” kata cewek tadi.
“ Udah, nggak papa.” kata Gibran sambil merebut novel tadi dan membayarnya di kasir.
“ Makasih banyak ya, yaudah aku pulang dulu ya mungkin udah ditungguin sama sopirku. Sekali lagi thanks ya.” kata cewek tadi dan meninggalkan Gibran.
Gibran pun mengikutnya dari belakang.
“ Kok ngikutin?” tanya cewek tadi pada Gibran.
“ Iya, ngejagain kamu aja kalok-kalok ada yang gangguin kamu.” jawab Gibran.
“ Oo, jadi berharap aku ada yang ngangguin nih?” tanya cewek tadi.
“ Ya bukan gitu juga maksutku. Mana sopirmu?” kata Gibran.
“ Dia nggak jemput katanya lagi nganter adikku ke rumah sakit.” jawab cewek tadi.
“ Adikmu sakit? Sakit apa?” tanya Gibran.
“ Dia punya penyakit di otaknya. Kalok udah 2 jam buat belajar kepalanya sakit.” jawab cewek tadi.
“ Eh maaf jadi tanya ginian.” kata Gibran.
“ Iya nggak papa kog.” kata cewek tadi.
“ Btw, namamu sapa? Kan belum kenalan?” tanya Gibran pingn tahu.
“ Namaku Vita Kardianto, kamu sendiri?” tanya Vita
“ Aku Gibran Atmaja.” jawab Gibran.
“ Ohh kamu yang punya banyak perusahaan di berbagai negara itu ya? Trus kamu yang punya SMP Taruna Atmaja itu ya? Kebetulan adikku sekolah disana.” kata Vita.
“ Sebetulnya bukan aku yang punya tapi keluargaku. Oh ya ? Kebetulan adikku juga sekolah disitu kelas tiga.” kata Gibran.
“ Rumah kamu dmana? Sini aku antar.” ajak Gibran pada Vita.
“ Rumahku di perumahan Kardianto, perumahan kelurgaku.” jawab Vita.
Gibran dan Vita menuju mobil Honda Jazz merah kepunyaan Gibran.
“ Oiya Vit, punya palu nggak? tanya Gibran sambil cengengesan.
“ Palu? Buat apa? Ya nggaklah.” jawab Vita sambil tertawa.
“ Tapi kalok nomor hape punyakan? Boleh minta?” tanya Gibran.
“ Bilang aja kalok mau minta nomor hape, pakek tanya palu segala haha. Yaudah sini kertas sama bolpennya” kata Vita.
“ Itu ada di loker depanmu.” jawab Gibran.
Vita membuka loker depan dan menemukan sebuah foto kelurga.
“ Ini siapa?” tanya Vita sambil menunjuk gadis cantik berambut gelombang.
“ Oh itu adikku, namanya Gisella, nyebelinnya setengah mati deh haha.” jawab Gibran.
“ Ooo, kirain….” kata Vita.
“ Kirain apa ?” tanya Gibran.
“ Haa enggak kog nggak papa” jawab Vita kaget.
Gibran dan Vitapun sudah sampai di depan rumah Vita.
“ Thanks untuk yang kedua kalinya ya.” kata Vita.
“ Iya sama-sama, oiya Vit, nanti malem siapin hape ya, nanti aku sms kamu.” kata Gibran sambil malu-malu.
Di rumah keluarga Atmaja….
“ Nah itu mas Gibran Non.” kata Mbok Sum pada Gisella.
“ Halooooo semua.” teriak Gibran dari kejauhan.
“ Tumben lo jadi sumringah gini, dari mane lo?” tanya Gisella.
“ Lo juga tumben tanya gini sama gua, gua dari Gramedia.” kata Gibran.
“ Gua mau tanya nih, bantuin dong.” pinta Gisella.
“ Tanya apaan?” tanya Gibran.
“ Ke kamar lo aja deh, malu gua dsini.” kata Gisella.
“ Mau tanya apaan lo?” tanya Gibran sambil meletakkan hape di kasurnya.
“ Eh cara ndeketin gebetan lagi gimana sih caranya?” tanya Gisella dengan malu.
“ Haha yakin lo? Sumpah ngakak deh gua.” kata Gibran sambil ketawa.
“ Caranya lo ke toko buku trus bayarin buku te gebetan trus nganternya pulang.” jawab Gibran secara tak sadar.
“ Hah maksud lo? Wake up bro, wake up! Pasti lo habis nganterin gebetan lo ya? Gebetan baru? Gila lo!” kata Gisella.
“ Upss sorry gua keceplosan haha.” kata Gibran sambil cengengesan.
“ Eh ceritain dong.” pinta Gisella
“ Males ah, udah gua mau smsan dulu sama dia. Keluar sana!” kata Gibran pada asiknya.
Hari yang dinanti-nantikan Gisellapun tiba..
Gisella segera mandi dan berdandan. Baju yang dikenakannyapun tidak ketinggalan jaman. Dia memakai celana tiga perempat berbahan kain warna coklat muda atasan bunga-bunga warna biru yang dimasukkan ke dalam celana. Gisella berangkat sendirian karena mereka berjanji makan-makan dan ketemuan di mall. Gisella berjalan dengan percaya diri, dia tidak risih karena selalu diperhatikan penampilannya jika ia sedang berjalan. Gisella menunggu di dalam mall, tepatnya di dekat kolam lift. Dia menunggu sepuluh menit dan dua sahabatnyapun datang, Karin dan Mita.
“ Kenapa baru mereka yang datang?” pikir Gisella.
Tidak disangka, adik kelas yang ditaksirnyapun ke mall itu.
“ Loh! Itukan Ben.” kata Karin.
Gisella menoleh ke kiri. Benar! Itu adalah Ben.
“ Biasa kalok orang sehatikan emang gini, ngga minta ketemu aja udah ditemuin sama Tuhan.” kata Gisella.
Ben memang banyak ditaksir oleh seniornya. Ben berbadan ideal, item manis kayak kecap dan berbehel. Ben melihat ketiga cewek yang sedang duduk di pinggir kolam lift. Ben terkejut.
“ Itukan senior gua kenapa ada mereka disini.” kata Ben.
“ Terserah mereka dong, ini mall juga bukan punya bokap lo kan? Jadi terserah mereka. Apa urusannya sama lo!” jawab seorang cowok yang tiba-tiba berdiri di depan Ben.
Cowok itu adalah mantan Gisella namanya Justin. Sebenarnya Justin masih cinta dengan Gisella, tetapi karena Justin yang sangat posesif dan suka maksa Gisella, membuat Gisella tidak nyaman dan ingin putus. Mungkin juga karena Gisella sudah mengincar cowok lagi, yaitu Ben. Dan Justin mengetahuinya.
“ Hahhh! Ngapain tuh orang gila kesini? Gua kan nggak ngundang dia!” kata Gisella.
Gisella berjalan menuju Justin dan Ben.
“ Ngapain lo kesini?” tanya Gisella pada Justin.
“ Gua nggak ada hubungan lagi sama lo!” bentak Gisella.
“ Eitsss santai Sell, gua kesini juga diajak sama Karin kog, iya nggak Rin?” tanya Justin pada Karin.
“ Ehm.. i-iya bener Sell” jawab Karin terbata-bata.
“ Itu mereka!” teriak Mita sambil menunjuk ke enam sahabatnya yang baru saja datang.
“ Yaudah, langsung ke atas aja yuk.” kata Justin.
Merekapun segera ke atas dan meningglkan Ben. Gisella dan Ben masih saling bertatapan, tetapi Justin menarik tangan Gisella.
Sampai di restoran….
“ Gua pesen dulu, kalian cari tempat duduk dulu gih..” kata Gisella.
“ Siap Ndan!” jawab Rangga dengan senyum semangat seperti lagunya boyband dari Indonesia, SM*SH.
“ Mas pesen ini dong steak paket tiga jumlahnya sepuluh ya mas.” pesan Gisella pada pelayan restorannya.
“ Ya, totalnya seratus tujuh puluh lima ribu rupiah.” jawab pelayan dengan tidak ramah.
“ Nih mas, ini dua ratus ribu. Kembaliannya buat mas ke dokter periksa jiwa, kenapa masnya nggak bisa senyum.” kata Gisella dan meningglkan pelayan restoran itu.
Sambil menunggu pesanan, Gisella dan sahabat-sahabatnya ngobrol. Lagu di restoran itu diputar. Kebetulan lagu yang diputar adalah ‘Merindukanmu’ dari band D’Masiv. Kebetulan juga lagu itu mengenang di hati Karin dan Kevin. Dulu mereka sempat pacaran dan akhrinya putus. Entahlah..
“ Permisi, ini mbak pesanannya.” kata pelayan restoran.
“ Udah lengkap nih, udah silahkan dimakan para hadirin semua.” kata Gisella sambil bergaya seperti presiden saat berpidato.
Mereka menikmati hidangan steak tadi. Setelah selesai makan, mereka masih melanjutkan ngobrol. Memang kelompok ini nggak pernah habisnya untuk ngobrol. Kumpulan para remaja ini memang lengkap banget, perfecto… Ada yang pinter, oon, cantik, ganteng, nggak ketinggalan jaman, bahkan ada juga yang playboy (lirik lihat Kevin). Tapi bagi mereka semua itu bukanlah cobaan atau halangan justru itu semua membuat mereka semakin bagus karena saling melengkapi satu sama lain.
“ Bentar..bentar itu bukannya Vito ya temennya Ben.” kata Gisella pada sahabat-sahabatnya.
“ Iye.. bener!” jawab Mita.
“ Yaudah, cabut yuk udah kenyang nih.” kata Rangga.
“ Yaiyalah, kan kita SMP. Sudah Makan Pulang.” kata Tara.
Mereka turun ke lantai dasar…
“ Eh.. ketemu si banci Ben lagi.” kata Justin.
“ Kenapa sih lo! Nggak suka banget kalok ada dia!” bentak Gisella.
“ Ya jelaslah Sell, kan dia yang ngrusak hubungan kita. Coba kalok dia nggak sekolah di sekolahan kita pasti lo nggak ketemu dan nggak bakalan suka sama dia.” kata Justin.
“ Ya bagus deh kalok hubungan kita rusak! Lagian kalaupun Ben nggak sekolah di sekolah kita, gua juga tetep mutusin lo kok!” jawab Gisella.
Melihat Gisella dan Justin berantem, Ben pergi dan keluar dari mall itu.
“ Tuhkan.. Ben jadi pergi. Gara-gara lo nih!” kata Gisella pada Justin.
“ Udah..udah kalian ini berantem mulu. Malu tau diliatin orang-orang.” Kata Karin sambil melerai Gisella dan Justin.
“ Biar aja semua orang tau kalok gua benci banget sama Justin!” bentak Gisella.
“ Udahlah. Ayo Justin kita pulang!” kata Karin pada Justin.
“ Nggak, gua mau nungguin Gisella. Lo mau pulang? Pulang aja ndiri.” kata Justin pada Karin.
“ Gua bisa sendiri kog, lo pulang aja sana. Anter tuh Karin.” pinta Gisella pada Justin.
“ Yaudahlah.” kata Justin.
Gisella yang sendiri akhirnya keluar mall dan menunggu Pak So, sopir dari keluarga Atmaja.
Tiba-tiba ada mobil warna slver yang mendekati Gisella.
“ Lo sendiri? Cepet masuk ke mobil. Gua anter.” kata seorang cowok empunya mobil itu.
“ E-ee iya. Ben?” Gisella masuk kedalam mobil. Rupanya empunya mobil itu adalah Ben.
“ Rumah lo mana?” tanya Ben.
“ Di … bla..bla.. bla…” jawab Gisella.
Mereka sampai di depan gerbang rumah Gisella…
Gisella keluar dari mobil.
“ Makasih ya Ben..” kata Gisella.
“ Ya, gua pulang dulu..” kata Ben pada Gisella tanpa melihat Gisella.
Mobil Ben langsung pergi dan meninggalkan Gisella.
Gisella masuk ke dalam rumah dan bersiul-siul ria.
“ Kenapa lo?” tanya Gibran.
“ Mauuuuu tauuuu aja.. haha.” kata Gisella pada kakaknya.
“ Eh.. mau tau nggak? Gua ada kabar bagus lho.” kata Gibran.
“ Kabar bagus? Kabar bagus apaan? Paling juga papa udah ngrim duit ke lo lagi ya kan?” kata Gisella.
“ Sok tau lo. Gini.. gua udah punya cewek lagi” kata Gibran senang.
“ Ahh yang bener lo? Siapa? Masa ada juga yang mau sama lo?” kata Gisella sambil meledek kakaknya.
“ Namanya Vita Kardianto. Orangnya jauh lebih cantikdari lo.” kata Gibran.
“ Sialan. Kenalin ke gua dong. Besok suruh ajak dia ke rumah aja.” pinta Gisella.
“ Okedeh.” Jawab Gibran.
Detikpun berganti menit, menitpun berggganti jam, jampun berganti hari…( lebay deh ya)
Tingtong…tingtong…
“ Gisella..Gibran ini papa mama..” rupanya kedua orang tua mereka sudah pulang ke Indonesia.
Gibran dan Gisella segera berlari dan membuka pintu.
“ Papa… Mama…” kata Gibran dan Gisella serempak.
“ Apa kabar anak-anak mama yang udah gede ini.” kata Ny. Atmaja.
“ Baik ma… ada oleh-oleh nggak ini? ” tanya Gibran pada mamanya.
“ Ada lah… nanti dibagi rata ya sama adekmu..” kata papa kedua anak itu.
“ Pa… ma… tau nggak? Sekarang Gibran punya cewek baru lagi lho..” kata Gisella pada kedua orang tuanya itu.
“ Yang bener? Yaudah nanti ajak dia kesini ya kak..” pinta mama Gibran.
“ Siap komandan!” teriak Gibran.
“ Haha, gimana sekolah kamu Sell?” tanya papa pada Gisella.
“ Baik-baik aja kog pa..” jawab Gisella.
“ Oyaa, ma, pa, Gisell mau pergi dulu ya mau beli sepatu.” ijin Gisella pada kedua orang tuanya.
“ Iya Sell, hati-hatinya. Mau dianter papa ato Pak So?” tanya papa
“ Nggak usah pa, Gisell berangkat sendiri aja naik taksi tuh di depan. Bye..” kata Gisella.
Sementara di dalam taksi…
“ Pak ke mall ya…” pinta Gisella pada sopir taksi itu.
“ Ya, baiklah Non.” jawab sopir taksi itu.
“ Udah pak, udah sampai. Disini aja. Pak bisa tunggu disini nggak? Saya mau cari sepatu dulu.” kata Gisella pada sopir taki.
“ Oke Non.” kata sopir taksi itu.
Gisella memasuki mall. Ia bingung mau beli yang mana, karena memang gadis cantik ini paling doyan kalau belanja. Dia nggak laper perut tapi laper mata alias suka beli barang apa aja tetapi jarang dipakai. Gisella teringat kalau nanti malam Gibran akan mengundang pacarnya ke rumahnya untuk memperkenalkan pada kedua orang tuanya.
“ Sekalian beli dress deh kan nanti malem ada acara.” batin Gisella.
Setelah Gisella selesai belanja, dia segera pulang. Gisella mencari taksinya tadi. Ternyata taksi itu ada di seberang mall. Dan Gisella paling takut kalau harus menyeberang jalan. Tapi apa boleh buat dia hanya sendirian. Dan ketika menyebrang, Gisella tidak melihat kalau lampu lalu lintas sudah hijau. Dari sebelah kiri Gisella, ada motor yang akan menabrak Gisella. Motor itu akhirnya berhenti.
“ Hehh! Lo punya mata nggak sih? Gua lagi nyebrang nih.” bentak Gisella pada pengendara motor itu.
“ Maaf..” kata pengendara.
Gisella melihat mata pengendara itu dan ternyata pengendara itu adalah Ben.
“ Ben? Tunggu.” kata Gisella.
“ Apalagi? Kurang gua udah minta maaf.” kata Ben.
“ Kenapa lo ngendarainnya kayak gitu?” tanya Gisella pada Ben.
“ Sorry, gua pusing.” jawab Ben lalu meninggalkan Gisella.
Gisella ditinggal Ben dan dia menuju taksi lalu pulang.
Sampai di rumah…
“ Kemana aje lo? Cepetan mandi! Ni acara udah mau mulai.” kata Gibran pada Gisella yang keliatan kusut saat pulang belaja.
“ Iye..iye.. cerewet amat!” balas Gisella.
Persiapan untuk acara nanti malam sudah matang. Kelurga Atmaja tinggal menunggu keluarga Vita.
“ Kak, kelurga Vita dari kelurga terpandang kan? Terus nama papanya siapa?” tanya papa pada Gibran.
“ Iya pa, kalok nggak salah sih nama papanya Firman Kardianto.” jawab Gibran.
“ Oooo.. dari kelurga Kardianto?” tanya papa.
“ Iya, memang papa kenal keluarga mereka?” tanya Gibran.
“ Iya kenallah kak, perusahaan kelurga Kardianto kan pernah kerja sama juga dengan keluarga kita.” jawab papa.
“ Ya bagus deh.” kata Gibran.
“ Mana si Vita?” tanya Gisella pada Gibran.
“ Bentar lagi juga nyampek.” Kata Gibran.
Dari luar terdengar suara mobil. Yap! Mobil itu adalah kepunyaan keluarga Kardianto, tandanya mereka sudah datang.
“ Pa, Ma, Sell, Vita is coming.” kata Gibran dengan sumringah.
“ Hallo, selamat datang di rumah kami. Hallo pak Firman? Apa kabar?” papa menyambut kelurga Kardianto.
“ Ehh pak Felix Atmaja, iya pak makasih. Ternyata anak kita jadi juga ya pak? Haha.” kata papa Vita.
“ Hah? Maksudnya apa pa?” tanya Vita.
“ Dulu om sama papamu pernah berencana jodohin kamu sama Gibran, Vit.” jawab papa Gibran.
“ Halah, nggak usah di jodohin aja udah jodoh kog. Iya nggak Vit?” kata Gibran. Merekapun tertawa semua.
“ Eh btw adikmu nggak diajak, Vit?” tanya Gibran.
“ Kebetulan adikku tadi penyakitnya kumat lagi. Pusing-pusing gitu. Jadi lebih baik kalok dia di rumah aja, kasihan dia.” kata Vita.
“ Pa..ma.. kapan-kapan kita ke rumah Vita yuk buat jenguk adiknya Vita.” pinta Gibran pada kedua orang tuanya.
“ Oiyaa, adikmu mana Bran?” tanya Vita.
“ Bentar aku panggilin dulu.” Gibranpun mencari adiknya, Gisella yang masih di kamar dan masih memikirkan kejadian tadi.
“ Sell, cepet keluar. Vita nungguin tuh.” kata Gibran setelah melihat Gisella bermain laptop di kamarnya.
“ Iya iya bawel amat sih lo!” jawab Gisella. Gisellapun keluar kamar dan menemui kelurga Kardianto.
“ Ini adikmu, Bran? Cantik ya. Kamu Gisella ya?” tanya Vita.
“ I-iya.” jawab Gisella.
“ Tumben muke lo jadi kayak gitu. Biasanya kalok ada orang baru aja diintrogasi kayak polisi.” ejek Gibran.
“ Udahlah, Bran. Kasihan adikmu, mungkin dia lagi ada masalah.” bela Vita.
“ Maaf, saya pergi keluar dulu.” kata Gisella sambil meninggalkan mereka.
Di teras Gisella mikir, kenapa keluarga mereka harus di jodoh-jodohkan seperti ini? Apa ini keinginan cinta atau keinginan harta supaya bisa meneruskan perusahaan dan mendapatkan warisan. Gadis cantik ini paling tidak suka sama yang namanya perjodohan, karena hanya merekalah yang merasakan cinta. Dia termenung lama menangis sambil mendengarkan percakapan kedua orang tuanya dan kelurga Kardianto. Tiba-tiba ada seorang cowok yang menyuguhkan minuman untuk Gisella.
“ Nih minum, udah nggak usah nangis.” kata cowok tadi pada Gisella.
“ Ma-makasih.” Gisella mengengok kesamping dan ternyata…
“ Ben?” kata Gisella dengan keras.
“ Ssstt.. diem, ganggu acara kelurgamu.” kata Ben.
“ Nah lo ngapain disini?” tanya Gisella.
“Ee-e gua kebetulan lagi lewat aja.” jawab Ben.
“ Trus penampilan lo kok gitu? Pakek jas segala?” tanya Gisella.
“ Tadi gua habis dateng ke acara ulang tahun temen gua.” jawab Ben
“ Gua pulang dulu. Bye.”
Ben meninggalkan Gisella. Gibran yang mendengar adiknya berbicara menyusulnya keluar.
“ Ngomong sama siapa lo?” tanya Gibran.
“ Hah? Sapa yang ngomong? Orang gua dari tadi diem mulu disini.” jawab Gisella.
“ Trus tadi suara mobil sapa?” tanya Gibran.
“ Tadi suara mobil tetangga lewat.” jawab Gisella bohong. Acara kelurga merekapun telah selesai dan kelurga Kardianto pulang.
“ Akhirnya pulang juga.” Kata Gisella.
“ Ngomong apa sih lo?” tanya Gibran.
“ Hah? Enggak, perasaan lo aja kali, gua nggak ngomong apa-apa kok. Hehe” jawab Gisella.
“ ANEH!” jawab Gibran.
Haripun berganti esok..
“ Siapa nih yang kirim sms pagi-pagi?” tanya Gisella.
Sell, ini gua Ben. Lo bisa nggak dateng ke taman jam sembilan pagi. Nggak usah bawa temen. Gua mau ngomong sesuatu sama lo. Lo harus dateng!
Rupanya pengirim itu adalah Ben.
“ Ngapain ya Ben sms gua, mau ngomong apaan dia?” tanya Gisella dalam hati.
“ Gua harus siap-siap mandi dulu nih, biar wangi.” kata Gisella.
Setelah mandi Gisellapun berganti pakaian dan berdandan.
“ Mau kemana Non?” tanya Mbok Sum pada majikannya itu.
“ Keluar sebentar, Mbok.” jawab Gisella.
Gisella meninggalkan rumah dan menuju ke taman.
Setelah sampai di taman, Gisella melihat banyak bunga mawar dan membuat bentuk love.
“ Ini maksudnya apa?” pikir Gisella.
“ Sell, gua mau ngomong sama lo?” tanya Ben yang rupanya sudah berada di belakang Gisella.
Gisella menoleh ke belakang.
“ Mau tanya apa, Ben?” tanya Gisella.
“ Jujur, Sell. Gua udah suka sama lo udah 2 tahun semenjak gua masuk sekolah lo. Gua ngerasa semakin deket juga waktu kita sering ketemu kemarin. Gua ngerasa aman sama lo. Lo juga sering ngebalain gua waktu Justin sering ngehina gua.” kata Ben sambil melihat mata Gisella.
“ I-iya, Ben. Gua juga suka sama lo. Gua juga ngerasa aman sama lo. Lo juga udah nganterin gua pulang waktu sopir gua nggak jemput.”
“ Sell, lo mau nggak jadi cewek gua?” tanya Ben pada Gisella.
“ Nggak deh… nggak nolak haha” kata Gisella sambil tersipu malu.
“ Oiya, satu lagi, gua mau ngomong kalok lo mau ngejagain gua ntar waktu…………” kata Ben terputus.
Rupanya handphone Gisella berbunyi.
“ Hallo pa? iya pa? i-iya ini Gisella mau pulang.” kata Gisella saat ditelfon papanya.
“ Ben, aku pulang dulu ya. Udah di telfon papa.” pamit Gisella pada Ben.
“ Hati-hati.” kata Ben.
Sampai rumah…
Gisella mendengar percakapan kedua orang tua dengan Gibran.
“ Besok kita ke rumah kelurga Kardianto buat njenguk adiknya Vita dan melamar Vita.” Kata papa Gibran dan Gisella.
“ Yang bener pa? Yes! Cihuiii.” teriak Gibran.
“ Ini, Gisella udah pulang pa.”
“ Sell, besok gua mau ngelamar anaknya pak Firman Kardianto lho. Haha.” Kata Gibran pada adiknya.
“ Iyee, gua udah denger. Selamat ye.” jawab Gisella.
Gisella langsung masuk ke kamar dan main laptop.
“ Sms Ben ahh.” batin Gisella.
Setelah nunggu beberapa jam, Gisella kesal karena sms Gisella untuk Ben nggak dibales sama Ben. Sampai akhirnya tempo hari Gibran melamar Vita Kardianto pun tiba.
“ Udah siap anak-anakku? Sekarang kita berangkat buat njenguk adiknya Vita dan melamar Vita.” kata papa.
Mereka sampai di rumah kelurga Kardianto
“ Selamat datang kelurga Atmaja.” sapa Firman Kardianto.
“ Adik kamu mana Vit?” tanya Gibran.
“ Itu adikku lagi berbaring di kamarnya, dia nggak bisa berjalan berdiripun nggak bisa.” kata Vita sambil menangis.
Kelurga Atmaja pun masuk ke kamar adik Vita, termasuk Gisella. Dan tak disangka, adik Vita yang nggak bisa berjalan bahkan nggak bisa berdiri itu pun adalah Ben. Yap! Ben pacar Gisella. Ternyata Ben adalah adiknya Vita Kardianto. Gisella mengangis dan sangat terpukul melihat keadaan ini semua. Gisella duduk disebelah Ben Kardianto sambil memegang tangan Ben.
Dan kelurga mereka pun kaget jika Gisella adalah pacar Ben, adiknya Vita. Merekapun meninggalkan Gisella di kamar Ben sendirian sambil menunggu Ben.
“Ma-maafin a-aku.. sebenar—nyaa aaaku u-udah tau ka-kalok ka-kamu adalah a-diknya Gib-Gibran Atmaja, pa-pacar ka-kakku.. tapi aku e-egois.. aaku pinggin ka-kamu ja jadi pacarr kku..” kata Ben pada Gisella terbata-bata.
“ Kenapa lo nggak bilang dari dulu? Gua sayang sama lo. Tau gini kan dulu kita nggak usah paca….”
“ BEN!!!! Bangun Ben! Bangun! Gua ada disini buat lo!” teriak Gisella.
Semua orang yang ada di rumah itu pun menghampiri Gisella. Dan takdir sudah menentukan bahwa Ben harus meninggalkan mereka semua, dan pulang ke hadirat Tuhan duluan. Semua orang yang ada di rumah itu mengangis. Gibran mencoba menenangkan Vita dan adiknya, Gisella.
“ Udah, Sell, Vit, kita harus merelakan Ben. Nanti kalok Ben tau kita nangis gini pasti Ben nggak tenang di sana. Kita juga besok ketemu lagi kok sama Ben. Udah nggak usah nangis lagi ya..” hibur Gibran pada Vita dan Gisella.
“ Gua benci hidup gua, Bran! Gua nggak bisa ngejagain Ben!” teriak Gisella.
“ Sell, takdir udah menentukan. Semua ini udah di atur sama Tuhan.” kata kedua orang tua Ben pada Gisella.
“ Lebih baik kita mengubur Ben, besok pagi sekalian ngadain acara berdoa bersama.” kata papa Ben.
“ Ben, maafin kakak ya. Waktu hari kakak seneng-seneng gini. Waktu hari kakak tunangan dan udah jadi tunangannya Gibran, kamu sakit dan meninggalkan kita semua…” tangis Vita pada Ben.
Pagi menjadi siang, siang menjadi sore, sorepun menjadi malam. Akhirnya setelah selesai acara pertunangan Gibran dan Vita, keluarga Atmaja pulang ke rumah.
Pagi hari…
“ Pa, ayo kita ke rumah Kardianto sekarang juga.” pinta Gisella.
“ Iya, ini tinggal nunggu Gibran cari sepatu di rak.” kata mama.
Akhirnya mereka sampai rumah keluarga Kardianto. Mereka berdoa bersama dan mengubur Ben Kardianto. Gisella masih menangis karena ditinggal oleh seseorang yang dicintainya.
“ Sabar ya, Sell.” kata Justin. Rupanya Justin juga ikut berdoa dan mengikuti acara penguburan Ben.
“ Makasih ya Justin” jawab Gisella.
“ Perlu pundak?” tanya Justin.
Gisella pun langusung meletakkan kepalanya di atas pundak Justin.
“Gua bisa kog, gantiin Ben di hati lo. Gua bakalan janji dan berubah sama sikap gua yang posesif banget buat lo. Lo mau nggak balikan lagi sama gua? Gua janji kog.” tanya Justin pada Gisella.
Gisella pun kaget dan memeluk Justin.
“ Makasih udah mau perhatian sama gua. Maafin gua dulu pernah benci sama lo. Iya gua mau. Tapi lo harus janji sama gua. Tapi gua juga nggak akan lupain Ben di hati dan hidup gua.” jawab Gisella.
“ Yaudah nggak usah nangis. Nih lap dulu pakek sapu tangan.” Justin menyodorkan sapu tangan untuk Gisella.
5 bulan kemudian…
Kelurga Atmaja dan keluarga Kardianto siap-siap mengadakan acara pernikahan Gibran Atmaja dan Vita Kardianto. Mereka semua sudah berdandan termasuk Gisell dan Justin. Mereka sudah siap memasuki gedung dan mengucapkan selamat pada kakaknya. Tetapi saat mereka akan pergi ke pernikahaan kakaknya. Justin malah kecelakaan, masuk rumah sakit dan meninggal. Gisella sedih karena harus ditinggalkan oleh dua orang yang dicintainya.
Senin, 06 Juni 2011
INFO MODE 2
Jane Aldridge
Dibesarkan di lingkungan yang berkecukupan membuat cewek cantik ini selalu berpenampilan yang 'wah'. gaya bahasa dan foto-foto yang cantik di blognya membuat kita semakin penasaran dengan kehidupan sehari-harinya. Awalnya Jane terinspirasi oleh mamanya . Tulisan Jane nggak cuma bercerita tentang fashioan aja tapi tentang kehidupan sehari-harinya. tentang kecintaannya pada benda-benda unik dan tempat-tempat istimewa yang pernah didatanginya.bahkan lewat bloggnya juga, Kanye West mengajaknya untuk bekerja sama. Jane juga bekerja sama dengan Urban Outffiters untuk mendesain mereka. Daripada kita semakin penasaran, cabut aja yuk di www.seaofshoes.com
Dibesarkan di lingkungan yang berkecukupan membuat cewek cantik ini selalu berpenampilan yang 'wah'. gaya bahasa dan foto-foto yang cantik di blognya membuat kita semakin penasaran dengan kehidupan sehari-harinya. Awalnya Jane terinspirasi oleh mamanya . Tulisan Jane nggak cuma bercerita tentang fashioan aja tapi tentang kehidupan sehari-harinya. tentang kecintaannya pada benda-benda unik dan tempat-tempat istimewa yang pernah didatanginya.bahkan lewat bloggnya juga, Kanye West mengajaknya untuk bekerja sama. Jane juga bekerja sama dengan Urban Outffiters untuk mendesain mereka. Daripada kita semakin penasaran, cabut aja yuk di www.seaofshoes.com
INFO MODE
Tavi Gevinson
Fashion blogger ini awalnya karna rasa bosan sebab dia dibesarkan di lingkungan yang nggak mengikuti tren fashion. Internet sangat penting bagi dirinya. Dengan internet dia bisa mendapat info tentang fashion. Minat Tavi semakin bertambah sejak gemar menonton America's Next Top Model dan membaca majalah fashion. Gaya bahasa dan penulisannya pun fun dan polos sesuai usianya. tetapi dari tulisannya tersebut, Tavi terlihat memang mengerti tentang dunia fashion. Gayanya pun unik, imajinatif, dan kreatif. Bahkan Tavi telah dimasukkan ke majalah-majalah fashion terkenal.Tavi juga sering diundang ke acara fashion show kelas dunia. Tavi sekarang sering ketemu dan bergaul dengan para desainer terkenal seperti Marc Jacobs, Rodarte, Yohji Yamamoto dan Alexander Wang. Tavi juga sudah memproduksi T-shirt nya sendiri. Penasaran dengan Tavi? Intip Tavi yuk di www.tavi-newgirlintown.com
Fashion blogger ini awalnya karna rasa bosan sebab dia dibesarkan di lingkungan yang nggak mengikuti tren fashion. Internet sangat penting bagi dirinya. Dengan internet dia bisa mendapat info tentang fashion. Minat Tavi semakin bertambah sejak gemar menonton America's Next Top Model dan membaca majalah fashion. Gaya bahasa dan penulisannya pun fun dan polos sesuai usianya. tetapi dari tulisannya tersebut, Tavi terlihat memang mengerti tentang dunia fashion. Gayanya pun unik, imajinatif, dan kreatif. Bahkan Tavi telah dimasukkan ke majalah-majalah fashion terkenal.Tavi juga sering diundang ke acara fashion show kelas dunia. Tavi sekarang sering ketemu dan bergaul dengan para desainer terkenal seperti Marc Jacobs, Rodarte, Yohji Yamamoto dan Alexander Wang. Tavi juga sudah memproduksi T-shirt nya sendiri. Penasaran dengan Tavi? Intip Tavi yuk di www.tavi-newgirlintown.com
Langganan:
Postingan (Atom)