Minggu, 19 Juni 2011

Tok…tok..tok…tok..

“Siapa?” Tanya si empunya pintu kamar yang sedang asyik mengerjakan tugas sekolahnya.

“Ini gue Mischa, Sya.” Jawab kembaran Mesya.

Yap! Mischa dan Mesya memang kembar tetapi perbedaan mereka terlihat sekali walaupun mereka mirip. Mesya lebih konsen ke belajarnya, ke toko buku dan tentunya kemana-mana lebih senang dengan membawa buku entah itu buku ilmu atau novel. Sedang kembarannya, Mischa lebih sering hang out ke mall bersama teman-temannya dan kemana-mana membawa kipas.

“Apa Cha? Lo liat nggak kalok gue lagi sibuk ngerjain tugas?”

“Yaellah, jutek banget sih neng! Pantes nggak ada yang nempel sama lo. Gue ke sini cuma mau ngasih tau aja kalok di luar ada yang mau cari kost. Kan kebetulan tempat kita kosong satu. Gimana?”

Rumah keluarga mereka memang seperti istana, sampe-sampe kamar banyak yang kosong dan keluarga mereka berinisial untuk di kost-in cowok. Walaupun mereka keturunan Brahma Group, yang punya banyak bisnis seperti restoran dan hotel, Mischa dan orang tuanya tetap ingin berbisnis. Mungkin udah keturunan Kusuma Brahmatyo kali ya sang kakek orang terkaya nomor 4 di Indonesia. Terkecuali Mesya, di sama sekali tidak tertarik ddengan bisnis, dia lebih tertarik dengan sastra dan bahasa. Kita kembali ke cerita yuk….

“Terserah lo dah kalok itu yang penting di rumah, dia sopan dan nggak ugal-ugal itu aja.”

“Lo kata balap motor, ugal-ugalan haha.”ledek mischa pada kembarannya.

Mesya tidak mendengarkan ledekan Mischa dia tetap serius mengerjakan tugasnya.

Sementara di ruang tamu….

“Kalok masalah duit sih nyantai aja, yang penting lo nyaman dulu aja disini baru bulan ketiga dah lu boleh bayar. Oya disini yang ada gue, kembaran gue namanya Mesya, pembantu ada enem, sopir ada dua buat gue sama Mesya, sama anak kost yang laen juga ada tiga. Disini nggak ada ortu gue. Mereka kerja di Amrik, biasa bisnis.” Cerita Mischa.

“Ohh ya, Mbak. Kalok gitu kamar saya dimana ya?” Tanya Brason anak baru di istana si kembar itu.

“Weitss, lu kata gue umur dua puluhan dipanggil Mbak. Panggil gue Mischa aja. Oke sini gua anter.”

“oiya disini kalok mau makan ada aturannya entah itu breakfast atau lunch atau dinner, harus bareng-bareng di ruang makan. Entar jamnya gue kasih tau, kalok nggak bisa makan di ruang makan bisa di bawa ke kamar lo tapi hukumannya harus cuci piring sendiri. Nah ini kamar lo mulai sekarang.”

“Oke! Bisa tinggalin gue sendiri disini?”

“yap! Jadwal lunch ntar gue kasih tau.”

Mischa kembali ke kamar Mesya….

“ Sya, anak baru lumayan juga lho. Putih,tinggi,ganteng kayaknya turunan bule deh indo gitu mukanya.”

“ bisa ketok pintu dulu nggak kalok mau masuk kamar orang lain?”

“ ya maaf, beneran deh handsome man banget deh!”

“ Ya itu sih urusan lo” Mesya kembali mengerjakan tugasnya.

Jadwal lunch pun tiba….

“ Brason…brason… waktunya lunch nih langsung ke ruang makan ya!”

“ Oke!”

“ Oh ya kalok lo mau pesen makanan kesukaan lo tinggal pesen aja sama pembantu. Oke!”

“ Kembaran lo mana kog nggak keliatan?”

“ Oh dia sih emang orangnya kayak gitu, seneng banget kalok ngerjain tugas, baca buku ampe mukanya kayak kutu buku haha.”

“ Haha jangan gitu, kualat ntar lo!”

“ Lo indo ya? Ortu lo tinggal dimana?” Tanya Mischa, rupanya Mischa ada hati dengan Brason.

“ Ortu sih sekarang tinggal di Australia tapi nyokap asli Indonesia. Gue ke sini juga baru kemaren langsung cari kost ke sini. Pindah sekolah dari Ausie ke sini di Kusumanegara High School, pasti tau kan?”

“ Hehe iya, kebetulan tu sekolah punya keluarga besar gue Brahma Group. Lo di kelas mana?

“ Ohh berarti gue kenal sama keluarga Brahma dong haha tinggal seatap lagi. Nggak tau nih gue masih bingung.”

“ Gimana kalok lo, sekelas sama gue aja sama kembaran gue juga di kelas XI Cat? Daripada lo bingung kan?”

“ Wah boleh juga tuh. Oke deh!”

“ Yaudah besok tinggal masuk aja di kelas gue, langsung cari tempat duduk aja.”

“ Thanks ya”

Merekapun terus ngobrol hingga Mischa sangat menyukai Brason, tapi Brason tak punya hati pada Mischa. Karna menurutnya, Mischa terlalu centil dan pamer dengan segala sesuatu yang dia punya. Walaupun Brason adalah anak konglomerat juga dan punya keturunan bisnis juga tetapi Brason tak tertarik dengan bisnis walaupun papanya mewariskan pada Brason. Menurut Brason, bisnis bukan pekerjaan di bidangnya, melainkan di bidang adiknya, Sam yang punya cita-cita sebagai pebisnis besar seperti papanya dan dia masih sekolah di Ausie. Tapi Brason tidak cerita pada Mischa jika Brason anak konglomerat, itu bisa membuat Mischa lebih suka pada Brason. Dan Brason terlihat risih.

“ Cha, gue boleh nonton tv kan di ruang keluarga?”

“Ya bolehlah, yaudah kalok gitu gue mau ke mall dulu ya ada janji nih sama temen-temen.”

Setelah berdandan, Mischa pamit pada Mesya dan…

“ Sya, gue ke mall dulu ya. Awas lho, jangan di embat, tuh bule calon gue.”

“ Makan tuh bule!”

Di kamar Mesya boring juga akhirnya ia menyempatkan menonton tv di ruang keluarga. Tetapi di ruang keluarga udah ada Brason terpaksa mereka nonton tv bareng.

“ Hallo, lo kembarannya Mischa ya? Kenalin gue Brason yang nge kost disini.” Brason memperkenalkan diri. Mereka saling bertatapan, mata mereka memancarkan sinar-sinar tanda pandangan pertama.

“ya, gue ngerti. Gue ke kamar dulu.”jawab Mesya tak berani menatap mata Brason lagi. Baru kali ini Mesya merasakan perasaan berbeda dengan cowok-cowok lainnya. Jantungnya berdegup kencang, begitu pula dengan Brason dan kembali ke kamarnya.

Sampai kamar, Mesya masih mengingat-ingat kejadian tadi. Diam-diam Mesya jatuh cinta pada Brason, tetapi dia tidak berani mengungkapkan perasaannya dan tak enak hati dengan kembarannya yang juga naksir Brason.

“ Kenapa gue jadi mikirin dia terus ya. Udahlah itu kan juga punya Mischa, jadi gue harus nglupain kejadian tadi.” Batin Mesya.

Tapi kenyataannya Mesya tidak bisa melupakan Brason dia sustru semakin suka dengan Brason. Mesya berbeda dengan Mischa, Mesya lebih suka memendam perasaannya dan rela melupakan Brason demi Mischa. Dan Mischa tidak boleh tau perasaan sebenarnya Mesya ke Brason.

Sementara di ruang keluarga…..

“ Mesya cantik juga, lebih cantik dari Mischa. Wajahnya pun lebih natural dari pada Mischa.” Batin Brason. Brason masih memikirkan dan membayangkan Mesya, sampai akhirnya….

“ Hei Brason! Gue bawain oleh-oleh nih buat lo.” Teriak Mischa, rupanya dia sudah pulang dengan banyak barang bawaan yang dibelinya di mall.

“ Oh, thanks ya.” Jawab Brason singkat. Brason sudah tau bahwa Mesya jatuh cinta padanya. Tetapi Mesya semakin ingin dekat ddengan Brason. Dan sampai akhirnya…

Tiga bulan kemudian…

“ Sya, gue udah jadian lho sama Brason!” kata Mischa sumringah memberi tahu Mesya.

“ Ohh, selamat!” kata Mesya tersenyum walaupun hatinya menangis.

“ Oiya, tapi gue sekarang mau ke mall , Resta ultah. Lo nggak dating?”

“ Nggak, gue di rumah aja.”

Ketika Mischa sudah keluar rumah, Mesya langsung menuju taman. Mesya menangis dan dia bingung harus berbuat apa. Dia mau melarang Mischa dan Brason pacaran tapi itu nggak mungkin karna itu hak mereka.

“ Gue bingung harus ngapain.” Teriak Mesya sambil nangis terisak-isak dan membaca novel keluaran terbaru.

“ Lo juga suka novel itu? Nih lap dulu peluhmu.” Tiba-tiba ada seorang cowok yang duduk menemani Mesya di taman, rupanya itu addalah Brason.

“ Lo nggak ke mall juga?” Tanya Mesya pada Brason.

“ Gue nggak tertarik, gue lebih tertarik ke toko buku.” Tapi yang diinginkan Brason sekarang bukan ke toko buku tapi melainkan ingin memeluk Mesya yang ada di sampingnya. Brason sebenarnya tidak ikhlas pacaran dengan Mischa sebab Brason dipaksa jadian dan pura-pura suka, kalok tidak Brason akan di keluarkan dari Kusumanegara High School. Tapi Mesya tidak boleh tau tentang perasaan yang sebenarnya pada Mischa.

“ Cari buku yuk.” Tawar Brason. Mesya hanya mengnganggukkan kepalanya tanda dia mau.

Di mobil Brason, Mesya hanya diam dan membaca novelnya.

“ Gue lebih suka lho sama cewek yang suka baca buku dari pada ke mall.” Kata Brason, tetapi Mesya hanya diam saja walaupun dia mendengarkan Brason bicara padanya.

“ Hei! Ngomong dong!”

“ Mischa kan suka ke mall kan, lo boong dong buktinya lo jadian sama dia.”

Brason kaget dan bingung mau cari alas an apa dan dia harus berbohong pada Mesya.

“ Ya kalok Mischa kan beda, walaupun di sering ke mall tapu dia juga bisa ngehargain gue yang sering beli buku.” Jawab Brason.

Dalam hati Mesya menangis mendengar pernyataan itu, tetapi dia tidak boleh mengangis sebab Brason bisa tahu kalok dia suka pada Brason. Mesya pun melanjutkan membaca novelnya.

“ Itu bukannya Mischa ya. Sama sapa tuh? Cowok? Kog lengket banget.” Tanya Brason pura-pura panas hati.

“ Itu Calvin, mantannya.” Jawab Mesya.

“ yaudahlah masalh itu ntar di rumah aja yang penting kita cari buku dulu.”

Akhirnya mereka sampai di toko buku. Mereka membeli buku yang diinginkannya dan pulang. Sampai di rumah untung saja mereka dulu yang sampai baru Mischa.

“ Dari mana lo?” Tanya Brason pura-pura cemburu.

“ Dari mall, Baby. Ke party birthday nya temen.” Jawab Mischa.

“ tapi gue liat di jalan lo sama cowok, lengket banget.”

Mischa gelagapan, dia bingung harus berkata apa dan akhirnya….

“ Iya memang! Dia mantan gue dan sekarang gue udah balikan. Kenapa gue balikan? Karna dia lebih perhatian dari pada lo! Mulai sekarang hubungan kita sampai sini aja.” Mischa memang playgirl, dia suka gonta-ganti pacar.

“ Oke kalo itu mau lo.” Jawab Brason pura-pura sedih walaupun dalam hati dia senang sekali.

Mischa menuju kamar Mesya…

“ Sya, gue mutusin Brason. Dan gue nggak akan mau lagi balikan sama dia!”

“ Oh ya? Wow!”

“ Dia itu nggak ada perhatiannya sama gue! Emang sih gue tadi ketahuan jalan sama Calvin.”

“ Tapi dia cinta sama lo!” jawab Mesya dan meninggalkan Mischa di kamarnya.

Mesya menuju ruang makan untuk makan, rupanya jadwal makan sekarang tidak berjalan lagi karena Mischa dan Brason putus. Mesya mendengarkan Mischa dan Brason berbicara di lantai bawah.

“ Brason,, apa bener lo cinta sama gue?”

“ Iya Cha, gue cinta banget sama lo.” Jawab Brason karna dia takut di kelurkan di sekolahnya oleh Mischa.

“ Maafin gue ya, gue salah. Lo mau nggak balik sama gue, gue bakal mutusin Calvin sekarang kok.”

“ Oke, fine.”

Mereka pun akhirnya balikan, tetapi Brason terpaksa.

Akhirnya mereka naik ke kelas tiga mereka lebih semangat karena ingin meneruskan cita-citanya.

Ting…tong..ting..tong..   

“ Sya, Cha. Ini papa mama nak.” Terdengar suara orang tua mereka yang pulang dari berbisnis untuk bertemu anak-anak mereka.

“ papa! Mama!” teriak Mischa.

“ gimana kabarnya pa,ma ?” Tanya Mischa

“ im fine, how about you?”

“ im fine too thanks” jawab Mischa.

“ oya Sya, kedatangan papa mama disini bukan cuma nengok kalian aja tapi mau membicarakan tentang siapa yang dapat hak dan pantas menjadi pimpinan Brahma Group” kata Papa.

“ Aku aja pa, aku bakalan bisa dan jaga Image keluarga kita kalok jadi  pimpinan Brahma Group” jawab Mischa.

“ Tapi kayaknya cocokan Mesya deh, soalnya kan Mesya jarang beli barang-barang giru kan tapi kalok kamu kan tiap minggu aja harus ke mall iya kan” kata papa pada Mischa.

“ Aku nggak cocok Pa, lebih cocok Mischa. Lagian kan aku dari dulu nggak tertarik dengan bisnis” jawab Mesya.

“ Tuh kan Pa, bener kan kata Mischa, Mesya itu nggak suka sama bisnis”

“ Yaudah kita bicarakan besok aja, lagian papa capek mau istirahat dulu”

“ Oya, Pa. disini ada penghuni rumah baru. Dia ngekost disini namanya Brason sekolah di tempat kita juga, sekelas lagi” kata Mischa

“ Oh ya? Kalok masalah kost sih itu terserah kamu aja yang penting penghuni baru itu bisa menghargai Brahma Group dan menjaga kesopanannya”

“ Tapi dia special lho Pa, this is my boyfriend. Tapi dia belum pulang, tadi sih bilang pulang agak telat mau ngerjain tugas kelompok dulu di rumah Arswe” jelas Mischa. Tapi Mesya meninggalkan mereka berdua di ruang keluarga dan masuk ke kamarnya.

“ Kenapa tuh Mesya? Oh gitu. Yaudah nanti kenalin ke papa mama ya”

“ Siap pa !”

Brason pun akhirnya pulang ke rumah…

“ Hei, sudah pulang? Ini kenalin ortu aku J.P Brahmatyo anak dari Kusuma Brahmatyo haha dan nyonya J.P Brahmatyo” sapa Mischa dan langsung mengenalkan ortunya pada Brason.

“ Oh ini, pacar Mischa dan anak kost. Lumayan, pinter juga kamu cari pacar”

“ iya dong, kan turunan dari mama haha”

“ Tapi gini ya, kalian harus konsen ke ujian nasional karna kalian kelas tiga dan kalian harus menentukan karir kalian” jelas papa Mischa.

“ Siap deh pa!”

Sementara di kamar, Mesya putus asa untuk mendapatkan cinta Brason. Mesya sedih, tetapi karena kesedihannya itulah Mesya bisa curhat dan membuat cerpen tanpa sepengetahuan keluarganya termasuk kembarannya. Tiba-tiba di luar kamar Mesya, Mischa sedang bertelepon, rupanya dia bertelepon dengan Calvin dan mereka telah berhubungan lagi. Dan tanpa sepengetahuan Mischa, Brason mendengerkan percakapan mereka lewat telepon itu. Brason membohongi dirinya lagi, dia pura-pura marah pada Mischa.

“ Oh gini jadinya, oke kita putus” kata Brason

“ Bentar Brason, maafin gue ya”

Mendengar perkelahian Mischa dan Brason tadi, Mesya menuju kamar Mischa.

“ Kalok lo masih nyakitin perasaan Brason. Gue nggak segan-segan buat ngabisin lo dimata papa mama” bentak Mesya.

“ Haha kenapa? Bukannya lo justru seneng kalok gue putus sama Brason kan lo suka sama dia kan?” balas Mischa.

“ Iya! Emang kenapa kalok gue suka sama dia?”

“ Makan aja tuh bule!”

Mesya pun meninggalkan kamar Mischa, dia bingung dari mana Mischa tahu bahwa dirinya cinta pada Brason. Memang orang kembar itu batinnya kuat sekali dan ini terjadi pada Mischa dan Mesya.

“ Ini ada apa ini kog berantem? Sini kumpul dulu di ruang tengah. Papa sama mama mau mbicarain siapa penerus pimpinan Brahma Group ini” Kata papa.

“ Apa Pa?”

“ Gini, setelah papa piker-pikir. Papa nggak akan ngrubah pikiran papa bahwa penerus pimpinan Brahma Group adalah Mesya”

“ Pa, apa-apaan ini? Kog nggak adil, apa-apa Mesya!” jawab Mischa.

“ Maaf Pa, bukannya Mesya nggak menghargai pendapat papa, tapi Mesya nggak akan tertarik dengan penerus pimpinan Brahma Group ini. Kasihin Mischa aja” kata Mesya.

“ Eh tapi lo harus inget ya, bukan karna papa terpaksa sama gue kalok ngasihin pimpinannya ke gue tapi ini juga berkat jerih payah gue besok. Gue bakal buktiin ke lo!” jawab Mischa pada Mesya.

“ Oh ya? Selamat!” jawab Mesya.

Enam bulan pun telah berlalu dan mereka telah menyelesaikan ujiannya dan ingin kuliah ke luar negri sesuai keinginannya….

“ Sya, gue mau ngomong sama lo. Sebenarnya dari awal gue nge kost di rumah lo, gue udah jatuh cinta sama lo” kata Brason

“ Tapi kenapa lo nggak bilang dari dulu dan kenapa lo malah jadian sama Mischa’ Tanya Mesya.

“ Ya gimana lagi, gue pacaran sama dia juga terpaksa. Kalok gue nggak pacaran sama dia bisa-bisa gue di keluarin di sekolah ini. Padahal gue pengen banget bisa lama-lama ketemu lo. Sya, liat mat ague Sya, lo mau kan jadi pacar gue. Gue tau kok kalok lo juga suka sama gue. Please Sya, gue cinta banget sama lo.

“ Sorry Brason, bukannya gue nggak cinta sama lo. Tapi gue harus nglanjutin karir gue dulu di Perancis buat kuliah. Tapi hal ini nggak ngurangin rasa gue ke lo kog” jelas Mesya.

“ Oke Sya, kalok gitu gue bakal nungguin lo di Indonesia sampe lo selesai kuliah di Perancis” jawab Brason.

Sampai di rumah….

“ Pa, Mesya mau kuliah sastra dan bahasa di Perancis. Jadi Mesya nngak bisa ikut papa mama ke Amrik buat ngurusin bisnis”

“ Iya yaudah ngga papa, udah ada Mischa kog dia seneng banget ngurusin bisnis di Amrik. Yang penting kamu hati-hati aja di Perancis”

“ Thank you Pa”

Setelah tiga tahun Mesya dan Mischa pun sukses dan kembali ke Indonesia. Mesya menjadi sastrawan dan menulis ratusan buku sedangkan Mischa menjadi pebisnis besar. Sampai akhirnya Mischa menemukan calon tunangannya di Amrik dan ingin menikah di Indonesia. Sedangkan Mesya dia tetap di tunggu oleh Brason hingga akhirnya mereka juga ingin menikah di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar