Kring..kring..
Gisella bangun dari tidur karena mendengar handphonenya berbunyi. Ada 8 sms masuk “ Happy birthday Gisella Atmaja, wish you all the best ya. Makan-makan nih..”. Yap ! hari ini adalah ulang tahun Gisella yang ke 15. Sahabat-sahabat Gisella hanya bisa mengucapkan lewat sms dan telepon karena hari itu tepat hari Minggu dan mereka libur sekolah.
“ Sayang, happy birthday ya jangan nakal di Indonesia maaf papa sama mama belum pulang ke Indonesia karna harus mengurusi perusahaan keluarga kita di Jerman.” Gisella membaca sms dari papanya. Ya memang beginilah keluarga mereka. Orang tua Gisella bekerja menjadi pebisnis dan mempunyai beberapa perusahaan di beberapa negara.
Hari ini memang hari yang menyenangkan bagi Gisella, tapi besok? Besok adalah hari pertama ia Ujian Nasional SMP, hufft kesalnya.
“ Kenapa sih harus besok ujiannya? Kayak nggak ada waktu lain aja!” gerutu Gisella.
“ Emang ini sekolah lo? Seenaknya aja ngusulin pendapat.” sambar Gibran Atmaja, kakak Gisella yang sedang lewat di kamarnya.
“ Memang ini sekolah punya keluarga kita kog! Keluarga Atmaja! Lagipula kalo orang berpendapat harusnya didenger ya? Lo tuh udah di sekolahin di Sydney sama papa masih aja bego!” jawab Gisella dengan muka kecut.
“ Ya tapikan nggak seenaknya gitu juga kalik! Terserah lo sama hidup lo deh! Eh btw happy birthday ya adekku yang kayak Nenek Lampir ini.” balas Gibran.
“ Yaudah minggir, gua mau mandi duluan” bentak Gisella.
“ Aduhhh, sabar mas Gibran memang watak Non Gisella kayak gini. Sebelum mas Gibran pulang dari Sydney dia malah lebih parah dari ini” kata Mbok Sum pembantu kelurga Atmaja yang sedang menyapu lantai dan mendengar pertengkaran pahit saudara kandung itu.
“ Ini Non, susu sama rotinya” kata Mbok Sum sambil menyuguhkan sarapan pada Gisella.
“ Ya, makasih Mbok.” jawab Gisella yang sudah selesai mandi.
Dia teringat pada sahabat-sahabatnya dan ingin mengajaknya makan-makan. Ia mengambil handphonenya dan menelepon salah satu sahabatnya.
“ Hallooo Rin, ehh besok habis ujian makan makan yuk di mall, gua traktir deh!” kata Gisella.
“ Ahh yang bener lo? Yaudah ntar gua kabarin ke temen-temen deh” jawab Karin yang notabenenya adalah sahabat, anak dari keluarga Purnomo temen papa Gisella. 1
“ Iya, yaudah mungkin Jumat aja makan-makannya. Gitu dulu ya Rin. Bye.” kata Gisella dan menutup perbincangannya.
Tidak seperti biasanya pagi ini Gisella datang ke sekolah lebih awal, ya apalagi kalau bukan karena UN. Selama 4 hari berturut-turut ini Gisella harus berangkat lebih awal karena ia tidak mau terburu-buru untuk masuk ruangan karena itu hanya bisa membuat konsentrasinya buyarr…
Akhirnya sudah 4 hari Gisella dan temen-temen seangkatannya ujian.
“ Guys hari ini hari terakhir loh. Oh ya besok dateng ya makan-makan di mall lantai atas sendiri jam sebelas gua traktir deh kalian semua” ajak Gisella pada ke delapan sahabatnya.
“ Siap boss!” jawab Rangga dengan lantang. Memang sahabat Gisella yang satu ini paling doyan makan sampe-sampe perutnya aja kayak gentong.
“ Ah di otak lu cuma makan aja, yaudah gua pulang duluan ya guys!” jawab Steven.
UN telah selesai, betapa senangnya hati Gisella karena terbebas dari belajar ‘sejenak’. Gisella menjajikan makan-makan besok bersama sahabatnya. Ia telah menyebar’undangan’ pada semua sahabatnya.
“ Yihiiii, besok makan-makan asyiknya.” teriak Gisella di dalam kamar.
“ Berisik! Bisa diem nggak sih lo, gua lagi baca buku nih!” kata Gibran di ruang baca.
“ Terserah gua sama hidup gua dong haha.” balas Gisella.
“ Gua harus nyiapin baju dulu nih buat besok.” kata Gisella dalam hati.
Tapi Jumat bukanlah hari keberuntungan Gisella. Karena ia harus mengundurkan jadwal acara makan-makan bareng sahabatnya. Hari itu ia harus mengikuti acara dadakan dari sekolahnya.
“ Punya acara kecil-kecilan aja gagal melulu. Apes bener hidup gua.” Gisella mengupdate statusnya di twitter. Cewek cantik berbadan kurus tinggi berambut gelombang ini memang nggak akan pernah ketinggalan jaman. Dia memang berkehidupan mewah.
“ Sialan, nggak jadi makan-makan deh gua hari ini?” kata Gisella dengan kesal.
“ Kenapa Non?” tanya Mbok Sum. Selain menjadi pembantu di keluarga Atmaja, Mbok Sum memang menjadi tempat curhatan Gisella selain dengan sahabatnya. 2
“ Ini Mbok, besok aku nggak jadi makan-makan soalnya ada acara dadakan di sekolah. ” jawab Gisella dengan murung.
“ Oiya, Gibran mana Mbok? ” tanya Gisella pada Mbok Sum.
“ Mas Gibran lagi pergi keluar Non, katanya sih mau beli buku di Gramedia.” jawab Mbok Sum.
Sementara di toko buku Gramedia…..
“ Aduhh, novel yang judulnya We Miss They mana sih nih?” gerutu Gibran dengan bingung.
“ Ada yang bisa dibantu Mas?” tanya seorang pelayan toko.
“ Mbak novel-novel terbaru disini bagian mana ya?” tanya Gibran.
“ Oh di rak nomor tujuh bagian atas Mas.” jawab pelayan toko.
“ Makasih ya Mbak.” kata Gibran pada pelayan toko itu.
Dengan cepat Gibran menuju rak nomor tujuh.
“ Yes, dapet!” kata Gibran dengan wajah sumringah. Pada waktu itu pula ada seorang cewek yang ingin mendapatkan novel itu padahal novel itu hanya tinggal satu dan sudah diambil oleh Gibran.
“ Yah nggak dapet deh.” kata cewek itu.
Gibran menoleh ke belakang. Ternyata ada seorang cewek cantik yang ingin mendapatkan novel itu juga. Gibran terpesona pada cewek ini.
“ Kamu mau beli novel ini juga ya?” tanya Gibran pada cewek tadi.
“ Iya, tapi udah keduluan kamu. Yaudah aku mau cari ke toko buku lainnya aja.” kata cewek tadi dan meninggalkan Gibran.
“ Eh tunggu!” cegat Gibran dan menarik tangan cewek itu.
Cewek itu menoleh dan melepas tangan Gibran.
“ Emm, ma-maaf nggak sengaja, jangan pergi dulu.” kata Gibran pada cewek itu.
“ Kenapa? Ada yang kurang?” tanya cewek tadi.
“ Ini buat kamu aja, aku ngalah, kan ladies first.” kata Gibran pada cewek tadi dengan tersenyum. 3
Cewek itu membalas senyuman pada Gibran.
“ Thanks ya.” kata cewek tadi pada Gibran.
Gibran semakin terpesona pada senyuman cewek ini.
“ Sini, aku bayar dulu novelnya, ntar boleh kamu ambil kok.” kata Gibran.
“ Hah? Nggak usah.” kata cewek tadi.
“ Udah, nggak papa.” kata Gibran sambil merebut novel tadi dan membayarnya di kasir.
“ Makasih banyak ya, yaudah aku pulang dulu ya mungkin udah ditungguin sama sopirku. Sekali lagi thanks ya.” kata cewek tadi dan meninggalkan Gibran.
Gibran pun mengikutnya dari belakang.
“ Kok ngikutin?” tanya cewek tadi pada Gibran.
“ Iya, ngejagain kamu aja kalok-kalok ada yang gangguin kamu.” jawab Gibran.
“ Oo, jadi berharap aku ada yang ngangguin nih?” tanya cewek tadi.
“ Ya bukan gitu juga maksutku. Mana sopirmu?” kata Gibran.
“ Dia nggak jemput katanya lagi nganter adikku ke rumah sakit.” jawab cewek tadi.
“ Adikmu sakit? Sakit apa?” tanya Gibran.
“ Dia punya penyakit di otaknya. Kalok udah 2 jam buat belajar kepalanya sakit.” jawab cewek tadi.
“ Eh maaf jadi tanya ginian.” kata Gibran.
“ Iya nggak papa kog.” kata cewek tadi.
“ Btw, namamu sapa? Kan belum kenalan?” tanya Gibran pingn tahu.
“ Namaku Vita Kardianto, kamu sendiri?” tanya Vita
“ Aku Gibran Atmaja.” jawab Gibran.
“ Ohh kamu yang punya banyak perusahaan di berbagai negara itu ya? Trus kamu yang punya SMP Taruna Atmaja itu ya? Kebetulan adikku sekolah disana.” kata Vita.
“ Sebetulnya bukan aku yang punya tapi keluargaku. Oh ya ? Kebetulan adikku juga sekolah disitu kelas tiga.” kata Gibran.
“ Rumah kamu dmana? Sini aku antar.” ajak Gibran pada Vita.
“ Rumahku di perumahan Kardianto, perumahan kelurgaku.” jawab Vita.
Gibran dan Vita menuju mobil Honda Jazz merah kepunyaan Gibran.
“ Oiya Vit, punya palu nggak? tanya Gibran sambil cengengesan.
“ Palu? Buat apa? Ya nggaklah.” jawab Vita sambil tertawa.
“ Tapi kalok nomor hape punyakan? Boleh minta?” tanya Gibran.
“ Bilang aja kalok mau minta nomor hape, pakek tanya palu segala haha. Yaudah sini kertas sama bolpennya” kata Vita.
“ Itu ada di loker depanmu.” jawab Gibran.
Vita membuka loker depan dan menemukan sebuah foto kelurga.
“ Ini siapa?” tanya Vita sambil menunjuk gadis cantik berambut gelombang.
“ Oh itu adikku, namanya Gisella, nyebelinnya setengah mati deh haha.” jawab Gibran.
“ Ooo, kirain….” kata Vita.
“ Kirain apa ?” tanya Gibran.
“ Haa enggak kog nggak papa” jawab Vita kaget.
Gibran dan Vitapun sudah sampai di depan rumah Vita.
“ Thanks untuk yang kedua kalinya ya.” kata Vita.
“ Iya sama-sama, oiya Vit, nanti malem siapin hape ya, nanti aku sms kamu.” kata Gibran sambil malu-malu.
Di rumah keluarga Atmaja….
“ Nah itu mas Gibran Non.” kata Mbok Sum pada Gisella.
“ Halooooo semua.” teriak Gibran dari kejauhan.
“ Tumben lo jadi sumringah gini, dari mane lo?” tanya Gisella.
“ Lo juga tumben tanya gini sama gua, gua dari Gramedia.” kata Gibran.
“ Gua mau tanya nih, bantuin dong.” pinta Gisella.
“ Tanya apaan?” tanya Gibran.
“ Ke kamar lo aja deh, malu gua dsini.” kata Gisella.
“ Mau tanya apaan lo?” tanya Gibran sambil meletakkan hape di kasurnya.
“ Eh cara ndeketin gebetan lagi gimana sih caranya?” tanya Gisella dengan malu.
“ Haha yakin lo? Sumpah ngakak deh gua.” kata Gibran sambil ketawa.
“ Caranya lo ke toko buku trus bayarin buku te gebetan trus nganternya pulang.” jawab Gibran secara tak sadar.
“ Hah maksud lo? Wake up bro, wake up! Pasti lo habis nganterin gebetan lo ya? Gebetan baru? Gila lo!” kata Gisella.
“ Upss sorry gua keceplosan haha.” kata Gibran sambil cengengesan.
“ Eh ceritain dong.” pinta Gisella
“ Males ah, udah gua mau smsan dulu sama dia. Keluar sana!” kata Gibran pada asiknya.
Hari yang dinanti-nantikan Gisellapun tiba..
Gisella segera mandi dan berdandan. Baju yang dikenakannyapun tidak ketinggalan jaman. Dia memakai celana tiga perempat berbahan kain warna coklat muda atasan bunga-bunga warna biru yang dimasukkan ke dalam celana. Gisella berangkat sendirian karena mereka berjanji makan-makan dan ketemuan di mall. Gisella berjalan dengan percaya diri, dia tidak risih karena selalu diperhatikan penampilannya jika ia sedang berjalan. Gisella menunggu di dalam mall, tepatnya di dekat kolam lift. Dia menunggu sepuluh menit dan dua sahabatnyapun datang, Karin dan Mita.
“ Kenapa baru mereka yang datang?” pikir Gisella.
Tidak disangka, adik kelas yang ditaksirnyapun ke mall itu.
“ Loh! Itukan Ben.” kata Karin.
Gisella menoleh ke kiri. Benar! Itu adalah Ben.
“ Biasa kalok orang sehatikan emang gini, ngga minta ketemu aja udah ditemuin sama Tuhan.” kata Gisella.
Ben memang banyak ditaksir oleh seniornya. Ben berbadan ideal, item manis kayak kecap dan berbehel. Ben melihat ketiga cewek yang sedang duduk di pinggir kolam lift. Ben terkejut.
“ Itukan senior gua kenapa ada mereka disini.” kata Ben.
“ Terserah mereka dong, ini mall juga bukan punya bokap lo kan? Jadi terserah mereka. Apa urusannya sama lo!” jawab seorang cowok yang tiba-tiba berdiri di depan Ben.
Cowok itu adalah mantan Gisella namanya Justin. Sebenarnya Justin masih cinta dengan Gisella, tetapi karena Justin yang sangat posesif dan suka maksa Gisella, membuat Gisella tidak nyaman dan ingin putus. Mungkin juga karena Gisella sudah mengincar cowok lagi, yaitu Ben. Dan Justin mengetahuinya.
“ Hahhh! Ngapain tuh orang gila kesini? Gua kan nggak ngundang dia!” kata Gisella.
Gisella berjalan menuju Justin dan Ben.
“ Ngapain lo kesini?” tanya Gisella pada Justin.
“ Gua nggak ada hubungan lagi sama lo!” bentak Gisella.
“ Eitsss santai Sell, gua kesini juga diajak sama Karin kog, iya nggak Rin?” tanya Justin pada Karin.
“ Ehm.. i-iya bener Sell” jawab Karin terbata-bata.
“ Itu mereka!” teriak Mita sambil menunjuk ke enam sahabatnya yang baru saja datang.
“ Yaudah, langsung ke atas aja yuk.” kata Justin.
Merekapun segera ke atas dan meningglkan Ben. Gisella dan Ben masih saling bertatapan, tetapi Justin menarik tangan Gisella.
Sampai di restoran….
“ Gua pesen dulu, kalian cari tempat duduk dulu gih..” kata Gisella.
“ Siap Ndan!” jawab Rangga dengan senyum semangat seperti lagunya boyband dari Indonesia, SM*SH.
“ Mas pesen ini dong steak paket tiga jumlahnya sepuluh ya mas.” pesan Gisella pada pelayan restorannya.
“ Ya, totalnya seratus tujuh puluh lima ribu rupiah.” jawab pelayan dengan tidak ramah.
“ Nih mas, ini dua ratus ribu. Kembaliannya buat mas ke dokter periksa jiwa, kenapa masnya nggak bisa senyum.” kata Gisella dan meningglkan pelayan restoran itu.
Sambil menunggu pesanan, Gisella dan sahabat-sahabatnya ngobrol. Lagu di restoran itu diputar. Kebetulan lagu yang diputar adalah ‘Merindukanmu’ dari band D’Masiv. Kebetulan juga lagu itu mengenang di hati Karin dan Kevin. Dulu mereka sempat pacaran dan akhrinya putus. Entahlah..
“ Permisi, ini mbak pesanannya.” kata pelayan restoran.
“ Udah lengkap nih, udah silahkan dimakan para hadirin semua.” kata Gisella sambil bergaya seperti presiden saat berpidato.
Mereka menikmati hidangan steak tadi. Setelah selesai makan, mereka masih melanjutkan ngobrol. Memang kelompok ini nggak pernah habisnya untuk ngobrol. Kumpulan para remaja ini memang lengkap banget, perfecto… Ada yang pinter, oon, cantik, ganteng, nggak ketinggalan jaman, bahkan ada juga yang playboy (lirik lihat Kevin). Tapi bagi mereka semua itu bukanlah cobaan atau halangan justru itu semua membuat mereka semakin bagus karena saling melengkapi satu sama lain.
“ Bentar..bentar itu bukannya Vito ya temennya Ben.” kata Gisella pada sahabat-sahabatnya.
“ Iye.. bener!” jawab Mita.
“ Yaudah, cabut yuk udah kenyang nih.” kata Rangga.
“ Yaiyalah, kan kita SMP. Sudah Makan Pulang.” kata Tara.
Mereka turun ke lantai dasar…
“ Eh.. ketemu si banci Ben lagi.” kata Justin.
“ Kenapa sih lo! Nggak suka banget kalok ada dia!” bentak Gisella.
“ Ya jelaslah Sell, kan dia yang ngrusak hubungan kita. Coba kalok dia nggak sekolah di sekolahan kita pasti lo nggak ketemu dan nggak bakalan suka sama dia.” kata Justin.
“ Ya bagus deh kalok hubungan kita rusak! Lagian kalaupun Ben nggak sekolah di sekolah kita, gua juga tetep mutusin lo kok!” jawab Gisella.
Melihat Gisella dan Justin berantem, Ben pergi dan keluar dari mall itu.
“ Tuhkan.. Ben jadi pergi. Gara-gara lo nih!” kata Gisella pada Justin.
“ Udah..udah kalian ini berantem mulu. Malu tau diliatin orang-orang.” Kata Karin sambil melerai Gisella dan Justin.
“ Biar aja semua orang tau kalok gua benci banget sama Justin!” bentak Gisella.
“ Udahlah. Ayo Justin kita pulang!” kata Karin pada Justin.
“ Nggak, gua mau nungguin Gisella. Lo mau pulang? Pulang aja ndiri.” kata Justin pada Karin.
“ Gua bisa sendiri kog, lo pulang aja sana. Anter tuh Karin.” pinta Gisella pada Justin.
“ Yaudahlah.” kata Justin.
Gisella yang sendiri akhirnya keluar mall dan menunggu Pak So, sopir dari keluarga Atmaja.
Tiba-tiba ada mobil warna slver yang mendekati Gisella.
“ Lo sendiri? Cepet masuk ke mobil. Gua anter.” kata seorang cowok empunya mobil itu.
“ E-ee iya. Ben?” Gisella masuk kedalam mobil. Rupanya empunya mobil itu adalah Ben.
“ Rumah lo mana?” tanya Ben.
“ Di … bla..bla.. bla…” jawab Gisella.
Mereka sampai di depan gerbang rumah Gisella…
Gisella keluar dari mobil.
“ Makasih ya Ben..” kata Gisella.
“ Ya, gua pulang dulu..” kata Ben pada Gisella tanpa melihat Gisella.
Mobil Ben langsung pergi dan meninggalkan Gisella.
Gisella masuk ke dalam rumah dan bersiul-siul ria.
“ Kenapa lo?” tanya Gibran.
“ Mauuuuu tauuuu aja.. haha.” kata Gisella pada kakaknya.
“ Eh.. mau tau nggak? Gua ada kabar bagus lho.” kata Gibran.
“ Kabar bagus? Kabar bagus apaan? Paling juga papa udah ngrim duit ke lo lagi ya kan?” kata Gisella.
“ Sok tau lo. Gini.. gua udah punya cewek lagi” kata Gibran senang.
“ Ahh yang bener lo? Siapa? Masa ada juga yang mau sama lo?” kata Gisella sambil meledek kakaknya.
“ Namanya Vita Kardianto. Orangnya jauh lebih cantikdari lo.” kata Gibran.
“ Sialan. Kenalin ke gua dong. Besok suruh ajak dia ke rumah aja.” pinta Gisella.
“ Okedeh.” Jawab Gibran.
Detikpun berganti menit, menitpun berggganti jam, jampun berganti hari…( lebay deh ya)
Tingtong…tingtong…
“ Gisella..Gibran ini papa mama..” rupanya kedua orang tua mereka sudah pulang ke Indonesia.
Gibran dan Gisella segera berlari dan membuka pintu.
“ Papa… Mama…” kata Gibran dan Gisella serempak.
“ Apa kabar anak-anak mama yang udah gede ini.” kata Ny. Atmaja.
“ Baik ma… ada oleh-oleh nggak ini? ” tanya Gibran pada mamanya.
“ Ada lah… nanti dibagi rata ya sama adekmu..” kata papa kedua anak itu.
“ Pa… ma… tau nggak? Sekarang Gibran punya cewek baru lagi lho..” kata Gisella pada kedua orang tuanya itu.
“ Yang bener? Yaudah nanti ajak dia kesini ya kak..” pinta mama Gibran.
“ Siap komandan!” teriak Gibran.
“ Haha, gimana sekolah kamu Sell?” tanya papa pada Gisella.
“ Baik-baik aja kog pa..” jawab Gisella.
“ Oyaa, ma, pa, Gisell mau pergi dulu ya mau beli sepatu.” ijin Gisella pada kedua orang tuanya.
“ Iya Sell, hati-hatinya. Mau dianter papa ato Pak So?” tanya papa
“ Nggak usah pa, Gisell berangkat sendiri aja naik taksi tuh di depan. Bye..” kata Gisella.
Sementara di dalam taksi…
“ Pak ke mall ya…” pinta Gisella pada sopir taksi itu.
“ Ya, baiklah Non.” jawab sopir taksi itu.
“ Udah pak, udah sampai. Disini aja. Pak bisa tunggu disini nggak? Saya mau cari sepatu dulu.” kata Gisella pada sopir taki.
“ Oke Non.” kata sopir taksi itu.
Gisella memasuki mall. Ia bingung mau beli yang mana, karena memang gadis cantik ini paling doyan kalau belanja. Dia nggak laper perut tapi laper mata alias suka beli barang apa aja tetapi jarang dipakai. Gisella teringat kalau nanti malam Gibran akan mengundang pacarnya ke rumahnya untuk memperkenalkan pada kedua orang tuanya.
“ Sekalian beli dress deh kan nanti malem ada acara.” batin Gisella.
Setelah Gisella selesai belanja, dia segera pulang. Gisella mencari taksinya tadi. Ternyata taksi itu ada di seberang mall. Dan Gisella paling takut kalau harus menyeberang jalan. Tapi apa boleh buat dia hanya sendirian. Dan ketika menyebrang, Gisella tidak melihat kalau lampu lalu lintas sudah hijau. Dari sebelah kiri Gisella, ada motor yang akan menabrak Gisella. Motor itu akhirnya berhenti.
“ Hehh! Lo punya mata nggak sih? Gua lagi nyebrang nih.” bentak Gisella pada pengendara motor itu.
“ Maaf..” kata pengendara.
Gisella melihat mata pengendara itu dan ternyata pengendara itu adalah Ben.
“ Ben? Tunggu.” kata Gisella.
“ Apalagi? Kurang gua udah minta maaf.” kata Ben.
“ Kenapa lo ngendarainnya kayak gitu?” tanya Gisella pada Ben.
“ Sorry, gua pusing.” jawab Ben lalu meninggalkan Gisella.
Gisella ditinggal Ben dan dia menuju taksi lalu pulang.
Sampai di rumah…
“ Kemana aje lo? Cepetan mandi! Ni acara udah mau mulai.” kata Gibran pada Gisella yang keliatan kusut saat pulang belaja.
“ Iye..iye.. cerewet amat!” balas Gisella.
Persiapan untuk acara nanti malam sudah matang. Kelurga Atmaja tinggal menunggu keluarga Vita.
“ Kak, kelurga Vita dari kelurga terpandang kan? Terus nama papanya siapa?” tanya papa pada Gibran.
“ Iya pa, kalok nggak salah sih nama papanya Firman Kardianto.” jawab Gibran.
“ Oooo.. dari kelurga Kardianto?” tanya papa.
“ Iya, memang papa kenal keluarga mereka?” tanya Gibran.
“ Iya kenallah kak, perusahaan kelurga Kardianto kan pernah kerja sama juga dengan keluarga kita.” jawab papa.
“ Ya bagus deh.” kata Gibran.
“ Mana si Vita?” tanya Gisella pada Gibran.
“ Bentar lagi juga nyampek.” Kata Gibran.
Dari luar terdengar suara mobil. Yap! Mobil itu adalah kepunyaan keluarga Kardianto, tandanya mereka sudah datang.
“ Pa, Ma, Sell, Vita is coming.” kata Gibran dengan sumringah.
“ Hallo, selamat datang di rumah kami. Hallo pak Firman? Apa kabar?” papa menyambut kelurga Kardianto.
“ Ehh pak Felix Atmaja, iya pak makasih. Ternyata anak kita jadi juga ya pak? Haha.” kata papa Vita.
“ Hah? Maksudnya apa pa?” tanya Vita.
“ Dulu om sama papamu pernah berencana jodohin kamu sama Gibran, Vit.” jawab papa Gibran.
“ Halah, nggak usah di jodohin aja udah jodoh kog. Iya nggak Vit?” kata Gibran. Merekapun tertawa semua.
“ Eh btw adikmu nggak diajak, Vit?” tanya Gibran.
“ Kebetulan adikku tadi penyakitnya kumat lagi. Pusing-pusing gitu. Jadi lebih baik kalok dia di rumah aja, kasihan dia.” kata Vita.
“ Pa..ma.. kapan-kapan kita ke rumah Vita yuk buat jenguk adiknya Vita.” pinta Gibran pada kedua orang tuanya.
“ Oiyaa, adikmu mana Bran?” tanya Vita.
“ Bentar aku panggilin dulu.” Gibranpun mencari adiknya, Gisella yang masih di kamar dan masih memikirkan kejadian tadi.
“ Sell, cepet keluar. Vita nungguin tuh.” kata Gibran setelah melihat Gisella bermain laptop di kamarnya.
“ Iya iya bawel amat sih lo!” jawab Gisella. Gisellapun keluar kamar dan menemui kelurga Kardianto.
“ Ini adikmu, Bran? Cantik ya. Kamu Gisella ya?” tanya Vita.
“ I-iya.” jawab Gisella.
“ Tumben muke lo jadi kayak gitu. Biasanya kalok ada orang baru aja diintrogasi kayak polisi.” ejek Gibran.
“ Udahlah, Bran. Kasihan adikmu, mungkin dia lagi ada masalah.” bela Vita.
“ Maaf, saya pergi keluar dulu.” kata Gisella sambil meninggalkan mereka.
Di teras Gisella mikir, kenapa keluarga mereka harus di jodoh-jodohkan seperti ini? Apa ini keinginan cinta atau keinginan harta supaya bisa meneruskan perusahaan dan mendapatkan warisan. Gadis cantik ini paling tidak suka sama yang namanya perjodohan, karena hanya merekalah yang merasakan cinta. Dia termenung lama menangis sambil mendengarkan percakapan kedua orang tuanya dan kelurga Kardianto. Tiba-tiba ada seorang cowok yang menyuguhkan minuman untuk Gisella.
“ Nih minum, udah nggak usah nangis.” kata cowok tadi pada Gisella.
“ Ma-makasih.” Gisella mengengok kesamping dan ternyata…
“ Ben?” kata Gisella dengan keras.
“ Ssstt.. diem, ganggu acara kelurgamu.” kata Ben.
“ Nah lo ngapain disini?” tanya Gisella.
“Ee-e gua kebetulan lagi lewat aja.” jawab Ben.
“ Trus penampilan lo kok gitu? Pakek jas segala?” tanya Gisella.
“ Tadi gua habis dateng ke acara ulang tahun temen gua.” jawab Ben
“ Gua pulang dulu. Bye.”
Ben meninggalkan Gisella. Gibran yang mendengar adiknya berbicara menyusulnya keluar.
“ Ngomong sama siapa lo?” tanya Gibran.
“ Hah? Sapa yang ngomong? Orang gua dari tadi diem mulu disini.” jawab Gisella.
“ Trus tadi suara mobil sapa?” tanya Gibran.
“ Tadi suara mobil tetangga lewat.” jawab Gisella bohong. Acara kelurga merekapun telah selesai dan kelurga Kardianto pulang.
“ Akhirnya pulang juga.” Kata Gisella.
“ Ngomong apa sih lo?” tanya Gibran.
“ Hah? Enggak, perasaan lo aja kali, gua nggak ngomong apa-apa kok. Hehe” jawab Gisella.
“ ANEH!” jawab Gibran.
Haripun berganti esok..
“ Siapa nih yang kirim sms pagi-pagi?” tanya Gisella.
Sell, ini gua Ben. Lo bisa nggak dateng ke taman jam sembilan pagi. Nggak usah bawa temen. Gua mau ngomong sesuatu sama lo. Lo harus dateng!
Rupanya pengirim itu adalah Ben.
“ Ngapain ya Ben sms gua, mau ngomong apaan dia?” tanya Gisella dalam hati.
“ Gua harus siap-siap mandi dulu nih, biar wangi.” kata Gisella.
Setelah mandi Gisellapun berganti pakaian dan berdandan.
“ Mau kemana Non?” tanya Mbok Sum pada majikannya itu.
“ Keluar sebentar, Mbok.” jawab Gisella.
Gisella meninggalkan rumah dan menuju ke taman.
Setelah sampai di taman, Gisella melihat banyak bunga mawar dan membuat bentuk love.
“ Ini maksudnya apa?” pikir Gisella.
“ Sell, gua mau ngomong sama lo?” tanya Ben yang rupanya sudah berada di belakang Gisella.
Gisella menoleh ke belakang.
“ Mau tanya apa, Ben?” tanya Gisella.
“ Jujur, Sell. Gua udah suka sama lo udah 2 tahun semenjak gua masuk sekolah lo. Gua ngerasa semakin deket juga waktu kita sering ketemu kemarin. Gua ngerasa aman sama lo. Lo juga sering ngebalain gua waktu Justin sering ngehina gua.” kata Ben sambil melihat mata Gisella.
“ I-iya, Ben. Gua juga suka sama lo. Gua juga ngerasa aman sama lo. Lo juga udah nganterin gua pulang waktu sopir gua nggak jemput.”
“ Sell, lo mau nggak jadi cewek gua?” tanya Ben pada Gisella.
“ Nggak deh… nggak nolak haha” kata Gisella sambil tersipu malu.
“ Oiya, satu lagi, gua mau ngomong kalok lo mau ngejagain gua ntar waktu…………” kata Ben terputus.
Rupanya handphone Gisella berbunyi.
“ Hallo pa? iya pa? i-iya ini Gisella mau pulang.” kata Gisella saat ditelfon papanya.
“ Ben, aku pulang dulu ya. Udah di telfon papa.” pamit Gisella pada Ben.
“ Hati-hati.” kata Ben.
Sampai rumah…
Gisella mendengar percakapan kedua orang tua dengan Gibran.
“ Besok kita ke rumah kelurga Kardianto buat njenguk adiknya Vita dan melamar Vita.” Kata papa Gibran dan Gisella.
“ Yang bener pa? Yes! Cihuiii.” teriak Gibran.
“ Ini, Gisella udah pulang pa.”
“ Sell, besok gua mau ngelamar anaknya pak Firman Kardianto lho. Haha.” Kata Gibran pada adiknya.
“ Iyee, gua udah denger. Selamat ye.” jawab Gisella.
Gisella langsung masuk ke kamar dan main laptop.
“ Sms Ben ahh.” batin Gisella.
Setelah nunggu beberapa jam, Gisella kesal karena sms Gisella untuk Ben nggak dibales sama Ben. Sampai akhirnya tempo hari Gibran melamar Vita Kardianto pun tiba.
“ Udah siap anak-anakku? Sekarang kita berangkat buat njenguk adiknya Vita dan melamar Vita.” kata papa.
Mereka sampai di rumah kelurga Kardianto
“ Selamat datang kelurga Atmaja.” sapa Firman Kardianto.
“ Adik kamu mana Vit?” tanya Gibran.
“ Itu adikku lagi berbaring di kamarnya, dia nggak bisa berjalan berdiripun nggak bisa.” kata Vita sambil menangis.
Kelurga Atmaja pun masuk ke kamar adik Vita, termasuk Gisella. Dan tak disangka, adik Vita yang nggak bisa berjalan bahkan nggak bisa berdiri itu pun adalah Ben. Yap! Ben pacar Gisella. Ternyata Ben adalah adiknya Vita Kardianto. Gisella mengangis dan sangat terpukul melihat keadaan ini semua. Gisella duduk disebelah Ben Kardianto sambil memegang tangan Ben.
Dan kelurga mereka pun kaget jika Gisella adalah pacar Ben, adiknya Vita. Merekapun meninggalkan Gisella di kamar Ben sendirian sambil menunggu Ben.
“Ma-maafin a-aku.. sebenar—nyaa aaaku u-udah tau ka-kalok ka-kamu adalah a-diknya Gib-Gibran Atmaja, pa-pacar ka-kakku.. tapi aku e-egois.. aaku pinggin ka-kamu ja jadi pacarr kku..” kata Ben pada Gisella terbata-bata.
“ Kenapa lo nggak bilang dari dulu? Gua sayang sama lo. Tau gini kan dulu kita nggak usah paca….”
“ BEN!!!! Bangun Ben! Bangun! Gua ada disini buat lo!” teriak Gisella.
Semua orang yang ada di rumah itu pun menghampiri Gisella. Dan takdir sudah menentukan bahwa Ben harus meninggalkan mereka semua, dan pulang ke hadirat Tuhan duluan. Semua orang yang ada di rumah itu mengangis. Gibran mencoba menenangkan Vita dan adiknya, Gisella.
“ Udah, Sell, Vit, kita harus merelakan Ben. Nanti kalok Ben tau kita nangis gini pasti Ben nggak tenang di sana. Kita juga besok ketemu lagi kok sama Ben. Udah nggak usah nangis lagi ya..” hibur Gibran pada Vita dan Gisella.
“ Gua benci hidup gua, Bran! Gua nggak bisa ngejagain Ben!” teriak Gisella.
“ Sell, takdir udah menentukan. Semua ini udah di atur sama Tuhan.” kata kedua orang tua Ben pada Gisella.
“ Lebih baik kita mengubur Ben, besok pagi sekalian ngadain acara berdoa bersama.” kata papa Ben.
“ Ben, maafin kakak ya. Waktu hari kakak seneng-seneng gini. Waktu hari kakak tunangan dan udah jadi tunangannya Gibran, kamu sakit dan meninggalkan kita semua…” tangis Vita pada Ben.
Pagi menjadi siang, siang menjadi sore, sorepun menjadi malam. Akhirnya setelah selesai acara pertunangan Gibran dan Vita, keluarga Atmaja pulang ke rumah.
Pagi hari…
“ Pa, ayo kita ke rumah Kardianto sekarang juga.” pinta Gisella.
“ Iya, ini tinggal nunggu Gibran cari sepatu di rak.” kata mama.
Akhirnya mereka sampai rumah keluarga Kardianto. Mereka berdoa bersama dan mengubur Ben Kardianto. Gisella masih menangis karena ditinggal oleh seseorang yang dicintainya.
“ Sabar ya, Sell.” kata Justin. Rupanya Justin juga ikut berdoa dan mengikuti acara penguburan Ben.
“ Makasih ya Justin” jawab Gisella.
“ Perlu pundak?” tanya Justin.
Gisella pun langusung meletakkan kepalanya di atas pundak Justin.
“Gua bisa kog, gantiin Ben di hati lo. Gua bakalan janji dan berubah sama sikap gua yang posesif banget buat lo. Lo mau nggak balikan lagi sama gua? Gua janji kog.” tanya Justin pada Gisella.
Gisella pun kaget dan memeluk Justin.
“ Makasih udah mau perhatian sama gua. Maafin gua dulu pernah benci sama lo. Iya gua mau. Tapi lo harus janji sama gua. Tapi gua juga nggak akan lupain Ben di hati dan hidup gua.” jawab Gisella.
“ Yaudah nggak usah nangis. Nih lap dulu pakek sapu tangan.” Justin menyodorkan sapu tangan untuk Gisella.
5 bulan kemudian…
Kelurga Atmaja dan keluarga Kardianto siap-siap mengadakan acara pernikahan Gibran Atmaja dan Vita Kardianto. Mereka semua sudah berdandan termasuk Gisell dan Justin. Mereka sudah siap memasuki gedung dan mengucapkan selamat pada kakaknya. Tetapi saat mereka akan pergi ke pernikahaan kakaknya. Justin malah kecelakaan, masuk rumah sakit dan meninggal. Gisella sedih karena harus ditinggalkan oleh dua orang yang dicintainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar